Ganendra

SAKHA ZENN
Chapter #17

Bersembunyi

“Erik, udah bangun,” sapa Rena menyambut Erik yang datang ke tempat makan.

“Udah dong, Erik udah bisa bangun pagi lo, Bi,” Erik tersenyum sembari menyibukkan dirinya dengan membantu bibinya menyiapkan sarapan.

“Bagus kalo gitu. Kamu juga tentara, kan? jadi harus bisa bangun kapan pun. O ya, bibi belum pernah denger cerita kamu jadi tentara,” Erik seketika mematung mendengar bibinya yang ingin mendengarkan hari-hari Erik mejadi tentara.

“Nggak ada yang spesial kok, Bi,” balas Erik akhirnya. Dia tidak tahu apa yang bisa ia ceritakan pada bibinya. Tentang wanita yang sempat mengisi hatinya atau kisah dia bersama teman-temannya yang pergi ke hutan dan salah satu dari mereka tewas.

“Benarkah?” Rena menatap Erik, tersenyum.            

“Bi, Erik panggil paman dulu,”

“Baiklah,”

Erik akhirnya bisa terlepas dari jeratan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuatnya mati kutu. Terlebih bibinya, ibunya sendiri pun tidak tahu menahu tentang bagaimana Erik menjalani hidup sebagai seorang tentara muda.

“Paman,” Erik masuk ke dalam kamar Anton, pamannya. “Kayaknya paman lagi mandi,” tuturnya mendengar suara siraman air dari kamar mandi.

Erik berjalan pelan melihat dinding yang dihiasi foto-foto kebersamaan paman bersama bibinya. Melihat wajah muda pamannya, dia tersenyum.

“Mirip ayah,”

Pandangannya beralih ke arah seragam pamannya yang sudah disiapkan di atas ranjang. Erik duduk, melihatnya lebih dekat.

Anton.

“Kayaknya gue pernah denger nama itu. Di mana? Anton …,”

“Erik,” pamannya keluar dan cukup terkejut dengan kedatangan Erik.

“Paman … Anton …,”

Anton melihat ke arah seragamnya, dan tentu saja dia mengira jika Erik sudah mengetahui identitasnya.

“Maaf, Paman. Erik asal masuk kamar. Erik keluar dulu,” Erik dengan cepat pergi menuju pintu.

“Erik, tunggu!”

Erik berhenti. “Dugaanmu tidak salah. Memang benar aku adalah anggota RSG di L’avant Goup, perusahaan yang sejatinya masih menjadi milik ayahmu. Ada alasan kenapa paman memilih untuk masih berada di sana,” tutur Anton.

Erik masih diam mendengarkan.

“Paman akan mendukungmu,”

***

Erik berjalan cepat dengan gayanya yang seperti biasa. Memakai celana jeans hitam, jaket hitam dengan topi hitam yang dia gunakan untuk menutupi wajahnya. Erik tidak bisa menjamin ada tidaknya orang-orang yang tengah mengawasinya.

Bruk!

“Aw!” Vina setengah teriak kesakitan karena ditabrak Erik di persimpangan gang.

“Erik!”

“Vina,” Erik segera menarik tangannya untuk bersembunyi.

Lihat selengkapnya