“Benarkah? Ayah lo masih hidup?” Lucky yang mendengar cerita Erik hari ini terlalu sulit untuk mempercayainya.
“Iya. Gue melihatnya dengan mata kepala gue sendiri.”
“Jadi selama ini paman lo menyembunyikannya?” saut Gery.
“Benar,”
“Tunggu! Lalu bagaimana dengan Kak Dani? Apa dia juga masih hidup?” tanya Shera membuat Erik tersadar akan misteri kematian kakaknya.
“Bener juga. Gue nggak kepikiran nyampe situ. Gue bakal tanya paman, besok,”
“Rik, kayaknya kita harus mulai lebih waspada dan hati-hati deh. Paman Anton yang sekarang sudah mulai membuka kebenaran, apa tidak akan ada apa-apa padanya?” Gery mulai berpikir jauh.
“Maksud lo?”
“Mmm … gini. Dia ketua RSG Team, benar?”
“Iya,”
“Dan dia juga orang kepercayaan Ria,”
“Iya, terus?”
“Ada yang bikin ganjil di sini. Lo yakin Ria belum tau menau soal ini?”
“Gue nggak yakin kalo itu,”
“Kita anggep aja dia belum tau. Dan suatu saat dia tau …,”
“Paman Anton dalam bahaya,” imbuh Shera.
Erik sadar hal itu memang benar. Jika Ria tahu yang Anton sembunyikan, dia akan dalam masalah besar. Ria bukan tipe orang pemaaf dan tangannya itu bisa melepas pelatuk kapan aja dan kepada siapa saja.
“Kita harus gerak lebih cepat dari sebelumnya.”
***
Gara diam-diam menghampiri ayahnya yang tengah duduk sendirian di balkon. Menikmati angin malam yang sebenarnya kurang bagus terlebih bagi orang yang sudah berumur. Tapi itulah kebiasannya. Melepas semua beban pekerjaannya dengan melihat bintang yang jarang sekali muncul untuk menemaninya.
“Ayah,” Gara mendekat dan duduk bersila di depan kaki ayahnya.
“Iya, ada apa? O iya, adikmu baik-baik saja? Dia pasti sangat sedih, kan? Ibunya bahkan lupa atau mungkin tidak tau jika putrinya itu alergi dengan seafood,” tutur Robert menerawang ke langit yang begitu luas di depannya.
“Lalu seberapa jauh ayah mengenalku?”
“Kau? Ayah tau semua tentangmu. Sedari kecil kau itu selalu juara pertama di kelas. Kau pernah bilang sama ayah, impianmu adalah menjadi pengusaha besar seperti ayah. Benar, kan?”
“Dulu Gara bilang seperti itu?”
“Iya. Kau bahkan pernah bilang kau ingin menjadi pengusaha terbesar di negeri ini,”
“Hhh … mimpiku sangat tinggi,” Gara tersenyum.
“Benar. Tapi kenapa? Nada bicaramu berbeda. Apa ada yang ingin kau tanyakan pada ayah?”