“Ayah,” Gara dengan pakaian rapi juga rambutnya yang sudah dirapikan dengan model undercut, dia menghadap Robert di kantornya.
“Ada perlu apa kamu, Gara?” Robert yang tengah membaca beberapa dokumen, perhatiannya teralihkan karena putranya datang menemuinya.
“Gara mau minta tolong sama ayah,”
“Minta tolong? Tidak biasanya kamu meminta bantuan dari ayah. Apa kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri?”
“Untuk kali ini ayah yang harus menyelesaikannya, Ayah,”
Robert mengerutkan keningnya, membaca raut wajah putranya yang terus menunduk.
“Ayah yang harus menyelesaikannya? Baiklah, apa yang bisa ayah lakukan?”
“Terimakasih, Ayah,”
Erik mengecek jam tangannya. Jam menunjukkan pukul setengah delapan. Dia teringat orang yang menelponnya ingin menemuinya di tempat proyek pembangunan jam delapan.
“Setengah jam lagi. Baiklah, gue ke sana,” Erik akhirnya pergi ke sana. Tidak begitu jauh dari lokasi Erik sebelumnya. Hanya menghabiskan waktu dua puluh menit, dia sampai di tempat yang dimaksud.
“Belum ada orang?” Erik melihat sekeliling. Gelap.
“Apa ada orang di sini?” teriak Erik yang membuat sedikit gema terdengar. “Dia belum datang,”
Erik masih berjalan-jalan menyusuri tempat yang baru setengah jadi itu. Hanya ada satu lampu yang menyala. Dia pun mendekat ke arahnya. Dia menyadari banyak sekali bahan-bahan bangunan dan mesin di sekitarnya.
“Apa tempat ini nggak terlalu bahaya?” tutur Erik berkomentar. Mengajak bertemu di tempat yang biasanya tidak diperbolehkan orang masuk sembarangan, mereka malah sepakat bertemu di tempat seperti itu.
“Halo, Ky, ada apa?” Erik mengangkat telepon Lucky.
“Jadi dia ingin aku bertemu denganmu,” Erik yang mendengar suara, menyipitkan matanya. Seseorang datang, tapi posisinya masih terlalu gelap untuk Erik lihat.
“Siapa …,”
Erik sangat terkejut melihat orang yang menemuinya. Roberto Alfa Meshach. Dia masih mengenakan pakaian berjasnya. Menunjukkan dia memanglah seseorang yang besar.
“Anda yang mengajak saya datang ke sini?” Erik cukup ragu jika memang dia yang menelponnya pagi tadi.
“Bukan. Orang lain yang melakukannya. Dia yang memintaku untuk datang ke sini, menemuimu,” jawabnya membuat Erik semkin bertanya-tanya.
“Orang lain?”
“Jadi seperti ini? Dia ingin aku menyelesaikan masalahku denganmu,”
“Masalah? Masalah apa?”
“Kau tahu? Kau adalah buronanku selama ini. Dan sekarang aku sudah bertemu langsung denganmu,” Robert tersenyum.
“Apa maksudmu? Anda juga bekerjasama dengan istri Anda?”
“Bekerjasama? Apa maksudmu?”
Erik semakin bingung. Sebenarnya apa yang sedang mereka berdua lakukan. Apa yang dimaksud Robert dan Erik adalah dua hal yang berbeda.
“Anda tidak tahu tentang istri Anda sendiri? Semua yang sudah dia lakukan selama ini, Anda tidak tau? Sedikit pun?””
Robert mengerutkan keningnya.
Apa benar dia tidak tahu apa-apa?
“Anda tidak tahu? Benar tidak tahu?” Erik mulai kesal dengan wajah polos Robert yang kebingungan sekarang.
“Istri Anda itu! Dia adalah pembunuh! Dia yang membunuh ayah saya, Beni Ganendra!” sekarang jarak mereka hanya dua jengkal. Erik benar-benar geram sekarang.
“Tunggu! Apa maksudmu?”
“Hhh …,” Erik tidak bisa percaya dengan ketidaktahuan Robert mengenai Ria, istrinya sendiri. “Apa orang yang anda maksud dia itu bermaksud agar saya yang menjelaskan semua kejahatan istri Anda? Benar-benar! Siapa dia?” Erik semakin kesal dengan suasana seperti ini.
“Tunggu! Saya ingin tahu bagaimana Anda menilaiku? Lalu, tadi anda bilang saya adalah buroan anda?”