“Anton,” Ria memanggil Anton dengan kasar.
“Iya, Nyonya.”
Ria melempar vas bunga kecil di atas mejanya tepat di kepala Anton. Namun Anton masih tertunduk patuh. “Dasar penghianat!” cercanya. Anggota RSG yang lain hanya diam dengan jantung berdegup kencang melihat perilaku tuannya pada orang kepercayaannya, Anton, yang sudah melayaninya semenjak dia menjadi pimpinan L’avant Group.
“Apa maksud nyonya?”
“Jangan berlagak tidak tahu! Saya tahu selama ini kamu sudah tahu di mana keberadaan Erik, keponakanmu. Hhh … bodohnya aku terlambat mengetahui ini. Kamu adalah pamannya, benar, kan? dan aku ingin kamu menangkap keponakanmu sendiri. Itu terdengar tidak mungkin bagimu. Kamu menyembunyikannya selama ini,”
“Saya tidak tahu di mana dia berada sekarang, Nyonya,”
“Diam! Saya tidak ingin mendengarkanmu membela diri!” suaranya menggema hingga beberapa karyawan yang lewat terkejut dan mengumpat membicarakan bosnya itu.
Seorang pria datang bersama beberapa bodyguard di sekelilingnya, juga satu tahanan yang dia bawa.
“Ria!” Robert, dia masuk menerobos RSG Team begitu saja. Robert yang melihat satu pria di depannya terluka semakin merasa geram dengan perilaku istrinya itu.
“Ada apa? Apa ada yang ingin dibicarakan?” tanya Ria dengan sedikit menurunkan nada bicaranya.
“Kau, keluarlah. Obati lukamu!”
Anton hendak keluar tapi Ria menahannya.
“Jangan! Siapa tuanmu? Berani memalingkan muka dari saya!”
“Saya akan membuat surat pengunduran diri, Nyonya.” Anton menunduk memberi hormat, kemudian berbalik, “terimakasih, Pak. Saya percaya pada Anda,” imbuhnya kemudian keluar ruangan.
Satu per satu anggota RSG di belakangnya turut menundukkan kepala. “Kami juga akan mengundurkan diri, Nyonya, terimakasih untuk segalanya. Saya harap anda bisa hidup dengan lebih baik,” kemudian mereka pergi, berjalan di belakang Anton.
“Lihat! Satu per satu orangmu pergi. Bahkan orang yang sangat kamu percaya. O ya, ada orang yang ingin saya kenalkan padamu. Masuklah,”
Dua orang VG Team masuk membawa Marwan bersamanya,
“Kamu mengenalnya? Kamu mengenalnya, hah?”
Plak!
Robert menampar Ria dengan keras sampai dia berkaca-kaca, “Sekeji apa sebenarnya hatimu itu, hah?”
Robert tahu dengan pasti dia terlalu keras pada istrinya itu, tapi sekali ini dia akan bertindak tegas padanya, “Marwan. Dia adalah orang kepercayaanku sebelumnya. Tapi dia justru berpihak padamu? Sungguh menyedihkan. Aku sangat bodoh!”
Robert memberi isyarat agar mereka keluar. Setelahnya dia menutup pintu rapat-rapat.
“Dengar, Ria! Kamu bukanlah siapa-siapa sebentar lagi. Seorang istri? Entahlah, bahkan kamu tidak pernah melayaniku. Benar? Ibu? Hhh … saya sangat kasihan pada anak-anak. Mereka selalu mengeluh tentangmu akhir-akhir ini. Kau harus tahu mereka sudah mengetahui semua kejahatan yang sudah kamu lakukan selama ini. Tapi mereka masih menyayangimu, Ria. Kamu yang jarang sekali pulang ke rumah, menyiapkan sarapan, atau menghabiskan waktu bersama mereka. Walaupun mereka sudah dewasa, mereka tetaplah anak-anakmu. Sadarlah … kamu bahkan tidak tahu apa makanan favorit mereka. Mereka alergi dengan makanan apa. Apa? Kamu tau? Kamu hampir membunuh Vina karena kamu menyuruhnya makan makanan seafood. Jangan bilang kamu juga tidak tahu soal itu,”
Robert benar-benar tidak percaya bahwa dia harus menghadapi wanita seperti itu.
“Aku mohon, berhentilah. Akui semua kesalahanmu dan kembali menjadi ibu yang lebih baik bagi Gara dan Vina,”
“AKu sudah berjalan terlalu jauh, Robert. AKu tidak bisa menghentikannya begitu saja. Jangan menggangguku lagi! Aku tidak akan tinggal diam kalau kamu mencampuri urusanku!” Ria kemudian pergi dengan amarah meninggalkan Robert di ruangannya.
“Saya gagal menjadi suami yang baik,”
***