Gang Delima

Enya Rahman
Chapter #3

Pada suatu waktu

Suatu waktu aku menyukai keramaian. Di akhir minggu, ketika ibu dan ayah sibuk di kamar dan adik-adikku sibuk dengan permainan anak-anak mereka aku menyelinap keluar rumah, hibuk memberi kabar bahwa aku bosan dan ingin keluar bersama.

Suatu waktu aku sungguh menyenangi pergi ke konser band indie dengan suara vokalis yang tak lebih baik dari pengamen pinggir jalan, hanya untuk dikelilingi manusia.

Ketika aku penat dengan tugas kuliah yang tidak selesai tanganku selalu dengan cepat menghubungi teman-temanku yang berada di kamar kos.

"Enak banget kalian bisa bebas di kos, pergi kemana aja nggak ada yang ngelarang." Diriku yang masih muda sering mengatakan hal tersebut kepada kawanku. Karena mereka dapat pergi ke bioskop tengah malam, pulang ditemani mall dengan lampu telah padam. Karena mereka dapat berkeliling kota mencari sudut baru untuk instagram mereka.

Suatu ketika, dahulu, aku menyenangi dikelilingi banyak orang. Aku menghirup dalam-dalam aroma keramaian, menikmati setiap detiknya. Teriakan mereka, suara-suara manusia saling bersahutan, cekrek-cekrek kamera ponsel.

Dahulu.

Kini, menghadiri arisan yang hanya didatangi oleh tidak lebih dari dua puluh ibu-ibu dengan kerudung berseragam sama telah membuatku berkeringat dingin. Energiku sudah habis sesampainya aku di tikar yang digelar, memandang satu-persatu ibu-ibu yang menguliti kacang rebus dengan telinga sibuk mendengarkan atau mulut membisikkan kalimat lebih menusuk daripada pisau tumpul hasil hadiah pesta pernikahan.

"Kok berdiri di sana aja, mbak. Sini … sini …." Ibu-ibu, kukira, selalu lebih ramah dari kelihatan mereka. Juga lebih banyak bicara.

Tanganku ditarik oleh salah satu ibu-ibu dengan gelang emas memenuhi lengannya, bergemerincing saat tangannya menarikku ke tengah tikar. "Itu di sebelah bu RT kosong mbak."

Lihat selengkapnya