Mungkin karena Aska jauh lebih muda dariku, meski karirnya jelas jauh lebih cemerlang. Mungkin karena aku telah mengenal ibunya terlebih dahulu dan diam-diam aku turut mengamini perbuatan Aska yang selalu membalas pesan ibunya dengan tangkapan layar mobile banking. Mungkin juga karena Aska memiliki mata yang sama dengan Bu Desi meski pancaran di mata itu tidak sekuat dan setajam Bu Desi, alih-alih Aska mewarisi mata teduh Ayahnya yang dibalut oleh perona mata dengan warna senada dengan kulitnya, juga bulu matanya yang sungguh lentik aku yakin Aska tidak perlu maskara tebal itu.
Karena kemungkinan-kemungkinan tersebutlah yang membuatku sedikit lega karena aku tidak harus memikirkan baik-baik hal yang ingin kukatakan padanya. Sekali lagi aku mencoba meyakinkan diriku, Aska tidak akan mengatakan hal-hal ini pada Bu Desi. Koreksi. Aska tidak akan sekalipun berbicara pada Bu Desi.
Aku masih bisa mendengar kekehan Aska ketika aku tak sengaja menanyakan mengenai alisnya. Sungguh memalukan.
"Saya juga belajar bikin alisnya lama kok mbak." Ucap Aska, tidak ada kesan meledek dalam nadanya. "Di bis ini agak susah ya belajar bikin alis tapi nanti waktu sudah santai bisa kita belajar bareng-bareng."
"Kamu ... tiap pagi, bangun jam berapa?"
Aska memiringkan kepalanya.
"Maksudku, kamu pasti tiap hari berangkat kerja sudah full make up ya?"
"Sebenarnya nggak harus make up pekerjaan saya tapi temen-temen saya semua jago make up, makanya saya terpaksa belajar."
"Aku tiap pagi udah capek masak jadi nggak ada tenaga buat kerja, tapi kamu bisa gitu bikin waktu untuk pake make up. Keren banget."
Sungguh di dunia ini ada beberapa wanita yang membuatku iri dan Aska memiliki segala hal di dalamnya.
"Mbak bisa aja."
Ada hal lain yang membuatku bisa berbicara apapun dengan Aska, Aska tidak pernah menghukumi layaknya ibu-ibu dI Gang Delima ataupun teman kerjaku. Jika aku menanyakan mengenai make up kepada teman kerjaku selama seminggu mereka akan terus membahas hal yang sama. Oh aku tidak ingin membayangkan hal tersebut, klien-klien menyebalkan dan kursi yang tidak nyaman sudah cukup di tempat kerjaku. Aska berbeda, kurasa dia juga berbeda dengan wanita seumurannya. Aska tidak pernah menghukumi. Itu atau Aska sangat ahli dalam hal memalsukan ekspresi di depan orang lain.