Gang Swadaya

Ayu febriana
Chapter #5

Hajatan

Hari jumat pukul 09.00 WIB, seluruh warga gang Swadaya sudah berkumpul di halaman belakang rumah Linda dalam rangka gotong royong prahajatan anak sulungnya. Alat-alat dapur seperti kuali, dandang nasi, kompor gas, dan berbagai barang pecah belah yang sudah diantarkan oleh ketua organisasi wirid sebelumnya mulai disusun di atas meja. Sanak saudara berduyun-duyun menyumbangkan sembako yang nantinya akan dihitung sebagai arisan, artinya ketika si penyumbang menyelenggarakan hajatan maka semua sembako yang ia berikan wajib dikembalikan. Hal tersebut bermanfaat untuk meringankan pengeluaran si tuan rumah.

Ipar Linda tak terkecuali juga ikut meramaikan acara gotong royong pada hari itu, Evi mengupas bawang merah, Imah memotong kacang panjang, dan Nining mengiris jahe. Mereka asyik bekerja sambil menikmati biskuit ditemani teh manis hangat, sesekali mereka juga bercengkrama satu sama lain demi menghilangkan rasa bosan.

Disaat semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing, tiba-tiba Iwan, nelayan kerang yang rumahnya berada tepat di simpang gang Swadaya datang membawa dua karung yang masing-masing berukuran lima belas kilogram berisi kerang. Rupanya Linda sudah jauh-jauh hari memesan kerang sebagai tambahan menu.

“Ondak dimasak apa kerang ini Lin?” Tanya masitoh dengan ekspresi masam. Otaknya sudah membayangkan betapa merepotkannya jika harus mengupas kerang tersebut satu persatu, sementara masih ada banyak hal yang harus dikerjakan.

“Begini kak Evi, menu buat besok kan ayam semur, bihun goreng, tauco kacang, anyang pakis, sama sop ayam kan. Katiku tambah lah satu menu lagi, rendang kerang pake kentang kecil. Ayah si Fatimah suka itu,” jelas Linda pelan, namun terdapat intonasi penekanan di beberapa kata sehingga kalimatnya terdengar bukan lagi seperti penjelasan melainkan samar-samar tersirat perintah didalamnya.

“Ah, kenapa pula kau pikirkan selera si Yahya? Inikan untuk makan orang banyak, kalau untuk laki kau sorangnya beli sajalah ke tukang lauk, lima ribu pun sudah dapat itu.” Seolah tak terpengaruh dengan ucapan Linda, Evi membantahnya dengan lantang.

“Iyo Lin, yang hajapan mengupas kerang sama kentang kecil,” Yanti menyahut, jidatnya ikut berkerut, tak suka akan ide Linda.

“Harusnya kau diskusi dulu sama kami sebelum memutuskan, jangan begini, ini namanya kau menyusahkan orang!” Kali ini giliran Nining yang angkat bicara, semua orang yang ada disitu sedikit terkejut mendengar kata-katanya. Sebab Nining yang mereka kenal adalah sosok yang pendiam dan jarang membantah, ia bersuara jika sedang banyak keluhan saja.

Lihat selengkapnya