Jam dinding menunjukkan pukul 2 dini hari, aku masih terjaga sambil membaca komik dan mendengarkan musik dari kaset yang kuputar di radio dengan volume pelan. Pintu kamar sengaja kubuka. Situasi yang sedang memasuki musim panas, membuat hawa kamarku menjadi pengap meskipun sudah menyalakan kipas angin.
Sesekali aku bisa merasakan semilir angin datang dari arah balkon, hanya saja angin itu tak lantas membawa kesejukan ke dalam kamar. Aku yang semula asyik menghayati bacaan komik, terkejut ketika merasakan bulu kuduk kedua tanganku tiba-tiba meremang. Aku memiliki firasat kalau akan ada sesuatu yang muncul.
Aku menunggu dengan rasa takut. Pengalaman munculnya dua tangan beberapa hari lalu, membuatku bertekad menghadapi makhluk gaib itu dan ingin tahu tujuan mereka.
1 menit...2 menit berlalu...
Angin kembali menyelusup masuk. Menyapu pelan wajahku. Samar-samar, kuperhatikan ada kabut tipis yang ikut hadir bersamaan dengan datangnya angin malam yang semakin terasa kencang. Sempat terpikir, kalau kabut itu mungkin hasil dari pembakaran sampah yang dilakukan oleh salah satu tetanggaku. Mungkin ia sengaja membakar sampah di jam orang-orang tidur, agar tidak mengganggu kenyamanan. Anehnya, aku tidak mencium khas pembakaran meski kabut itu semakin tebal dan berkumpul di depan pintu kamarku. Kabut itu bergerak ke atas dan memanjang, seperti akan membentuk sebuah formasi.
Kututup komikku, kemudian mematikan kaset yang masih berputar. Kabut itu masih meliuk-liuk dan semakin absolut, seolah menunjukkan adanya dua bentuk memanjang. Tak berhenti di sana, di puncaknya terlihat kabut yang membentuk sebuah kuncung. Kabut itu sudah mencapai bentuk sempurna.
Bentuk dua pocong tanpa wajah! Hanya ada celah gelap gulita di sana!
Aku terus menatap kedua sosok itu... menunggu maksud kemunculan mereka.
"Aku tahu yang ada di hadapanku bukanlah sekedar kabut biasa, apa mau kalian?" tanyaku dengan suara berbisik.
"Kami tidak bermaksud mengganggu atau ingin mencelakaimu, wahai anak manusia."
Karena sosok itu tidak memiliki wajah dan bibir, aku jadi tidak tahu sosok mana yang tengah berbicara denganku.
"Lalu, kenapa kalian datang ke sini? Apa kalian penunggu rumah ini?" tanyaku lagi.
"Tidak, kami hanya sedang mencari pertolongan."
"Kalian datang ke tempat dan orang yang salah. Saya tidak bisa membantu kalian."
"Bukan untuk kami, melainkan untuk manusia sepertimu."
"Saya tidak mengerti. Pergilah," ujarku, sengaja dengan nada tidak peduli.
"Dengarkan kami, di sana ada seseorang yang hendak melakukan hal jahat."
"Di mana, dan apa maksudmu ingin melakukan hal jahat?"
"Mereka hendak mencuri di sebuah rumah, tak jauh dari kebuh di bawah,"