Pagi itu, kelasku sedang berada di jam pelajaran tanpa kehadiran guru. Dari informasi yang disampaikan oleh ketua kelas, guru kami berhalangan hadir karena sedang kurang sehat. Alhasil, kami hanya diberikan catatan dan tugas, selebihnya kami bebas di kelas.
Aku dan ketiga temanku yang telah selesai membuat tugas pun beralih saling mengobrol satu sama lain. Mia adalah teman sebangkuku, sedangkan dua murid lain yang duduk di depanku adalah Raya dan Dita. Ketika sedang asyik membicarakan murid dari kelas lain, fokusku terpecah dengan kehadiran sosok yang sedang berdiri di pojok luar jendela.
Sambil berusaha masuk ke dalam obrolan teman-teman, aku mengira-ngira apa yang sedang dilakukan sosok itu di sana melalui ekor mata. Sosok itu hanya berdiam diri di sana. Memandangi kami yang berada dalam kelas. Wujudnya kurang mengenakan. Samar, kuperhatikan banyak luka bakar basah di sekujur lengan, wajah dan kepalanya. Rambutnya pun seolah habis terbakar, dan hanya menyisakan beberapa helai saja.
Merasa semakin penasaran, aku menolehkan kepala ke arah tempat sosok itu berdiri. Anehnya, sosok itu lenyap! Kedua mataku menelusuri sepanjang jendela, dan tetap tak menemukan sosok yang kucari. Bagaimana bisa, dia menghilang dengan sangat cepat? Pikirku.
Aku mengembalikan fokus kepada ketiga temanku, dan mendapati Raya juga sedang menatap ke arah sosok tadi berada dengan tatapan heran.
"Kamu juga lihat sosok barusan, Ya?" tanyaku setengah berbisik, agar tidak mengundang perhatian Dita dan Mia yang masih asyik dengan obrolannya sendiri.
Raya menatapku, "Apa?"
"Sosok yang tadi berdiri di ujung jendela sana?"
"Kamu melihatnya juga?" tanyanya, kali ini tatapannya berubah menjadi antusias.
Aku menganggukan kepala sebagai jawaban, "Penampilannya menyeramkan, kayak abis terbakar." masih dengan suara setengah berbisik.
"Aku enggak lihat dengan jelas, hanya seperti sosok yang hitam gelap. Begitu aku ingin memastikannya, sosok itu sudah hilang." Raya menjelaskan.
"Aku melihatnya dengan cukup jelas. Apa dia, petugas kebersihan yang dipanggil pihak sekolah, ya?"
Raya mengendikkan kedua bahunya. "Yang jelas, aku merasa seram dengan sosok tadi."