Hidup adalah proyek jiwa kita untuk memberi kebaikan kepada jiwa-jiwa lain.
Jamu Jiwo
GUSTI sudah menduga ini bakal terjadi lagi. Gelagatnya begitu. Ia terbangun oleh suara ribut kedua orang tuanya yang bicara dengan berbisik di luar kamar. Tak lama kemudian terdengar suara langkah-langkah kaki dan disusul suara pintu kamar terbuka. Gusti pura-pura tertidur tapi membuka sedikit matanya. Kebetulan posisi tubuhnya sedang miring menghadap ke pintu kamar.
Dilihatnya Bagas Waras dan Nom Ayu—kedua orang tuanya—berjalan mendekat. Berhati-hati melangkah agar tidak mengeluarkan suara. Nom berjalan di belakang Waras dengan raut wajahnya menampakkan ekspresi marah. Di tangan kanan Waras tergenggam sebuah gunting.
Cahaya matahari memantul dari mata gunting mengenai mata Gusti sehingga ia memejamkan matanya. Hanya sesaat, lalu Gusti kembali membuka sedikit matanya. Degup jantungnya makin cepat, meski sebenarnya ia tahu apa yang mau dilakukan oleh kedua orang tuanya itu. Mereka sudah pernah melakukan hal yang sama beberapa kali. Bedanya, mereka minta izin baik-baik, dan ketika Gusti menolaknya, mereka tidak memaksa.