Gardenia Familia

Elsinna
Chapter #36

Chapter tanpa judul #35

Cinta dan persahabatan adalah dua hal yang merumitkan. Alasanku sudah tepat untuk hal ini. Aku tidak ingin menyakiti Leo dengan semua keegoisanku. Aku berusaha melepaskan cinta pertamaku demi sebuah persahabatan. Ibu melihatku menangis. Wajah Ibu bak menyimpan banyak pertanyaan kepadaku. Namun, Ibu memilih diam. Kali ini aku berlari memeluknya. Menumpahkan segala emosi dan kesedihanku di depannya. Aku jarang menangis seperti ini di depan Ibu, tapi saat ini aku sangat membutuhkannya.

“Kakak, hubungan itu ada pasang surutnya. Ada sedih dan bahagianya. Wajar kalau Kakak nggak bisa memilih antara pacar dan sahabat, karena mereka saling berkesinambungan dalam hidup Kakak. Mereka adalah bagian dari perjalanan hidup Kakak menuju langkah dewasa. Nggak semua hidup harus berjalan mulus dan lurus. Kakak akan menemukan pertigaan, aspal rusak, polisi tidur, serta lampu merah ketika Kakak ingin mencapai suatu tujuan. Begitu pun dengan hubungan. Kita nggak bisa memilih semuanya dan membahagiakan semua orang. Tanpa kita sadari, kita pasti pernah melukai hati seseorang. Dan tentu akan ada perasaan yang harus dikorbankan. Kalau Kakak merasa pilihan Kakak sudah benar, apa pun keputusannya, pasti Ibu akan mendukung Kakak. Tapi Kakak harus ingat kembali dengan semua momen persahabatan yang sudah kalian bendung sejak lama. Hanya karena gagalnya sebuah hubungan, bukan berarti harus menghancurkan hubungan lainnya. Semua tentang waktu, Kak. Baik menyembuhkan maupun sebagai pembelajaran.” Ibu memeluk dan mengusap kepalaku.

Aku merasakan kehangatan dari pelukan Ibu. Andai Mami Rita masih hidup, mungkin aku juga akan mendapatkan pelukan ekstra darinya.

Kondisi Andra mulai membaik. Ia sudah kembali ceria dan beraktivitas seperti dulu. Aku dan Gapreters lainnya berhasil membuat si kembar tersenyum tegar.

“Jun, Leo ke mana? Gue jarang lihat dia ke sini,” tanya Andra sambil mengamati rumah Leo yang selalu tertutup rapat.

“Nggak tahu. Gue udah putus, An,” jawabku sejujurnya.

Andra tak bertanya lagi. Mungkin ia sungkan atau tidak mau mengganggu privasiku. Sejak Leo memutuskan hubungan denganku, aku sudah jarang melihat keberadaannya. Bahkan di sekolah pun ia selalu menghindar jika berpapasan. Aku pun sama. Kondisi seperti ini mengingatkanku akan cerita Bang Jan dan Mbak Kiara. Entah sampai kapan kami akan berjauhan. Namun, bagiku ini adalah jalan terbaik untuk menetralisir perasaanku.

Lihat selengkapnya