2021
“Jun, you are so gorgeous!” Sere berhasil memolesku dengan tangan mahakarya-nya. Ia meriasku dengan gaya classic make up.
“Iya dong! By the way, Tisha jadi datang kan hari ini? Gue kepikiran soalnya koas dia jauh banget di Sidaorjo.”
Sere mengangguk. “Dia lagi OTW kok. Barusan gue WA.” Sere masih berkutat dengan rambut sanggulku. “Udah rapi. Come on! Saatnya tampil.”
“Jun, ayolah. Jangan sampai kita terlambat gara-gara nungguin lo dandan. Ibu, Bapak, sama Adik udah di sana. Bentar lagi acara dimulai,” gerutu Bang Jan. Cerewetnya masih sama. Padahal usianya sekarang menginjak 28 tahun.
“Iya, bawel. Udah kelar, nih.” Aku dan Sere langsung masuk ke dalam mobil. Kasta kami dalam susunan tempat duduk selalu berada pada jok paling belakang. Sebab jok terdepan sudah pasti diisi oleh wanita cantik penghuni Blok B nomor 2, alias Mbak Kiara. Mbak Kiara tampil anggun mengenakan kebaya modern dan rok lilit motif bunga yang membuat badannya terlihat tinggi semampai. Ia langsung duduk di jok depan bersebelahan dengan Abangku. Ya, kini Mbak Kiara dan Bang Jan telah bersama kembali. Itu semua berkat kegigihan Bang Jan dalam mengejar cinta Mbak Kiara. Aku ingat betul bagaimana Bang Jan rela belajar hingga tengah malam demi bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada. Dan beruntunglah usahanya berbuah manis. Jika diibaratkan peribahasa seperti sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Mbak Kiara berterus terang kepada Om Abidin bahwa dirinya kembali menjalin hubungan dengan Bang Jan. Mbak Kiara telah membuktikan kepada Om Abidin bahwa prestasi Mbak Kiara tidak pernah merosot meskipun telah memiliki pacar. Justru ia semakin cemerlang setelah memiliki Bang Jan di sisinya. Om Abidin pun akhirnya merestui hubungan mereka. Dan kabar baiknya, pada akhir tahun ini Bang Jan dan Mbak Kiara akan menikah pada Desember mendatang.
Setibanya di gedung pernikahan, kami semua berlari-lari kecil ke arah kursi tamu. Seluruh warga Gardenia berkumpul bersama menyaksikan momen sakral dan haru ini. Terlebih bagi keluarga Om Mardi, sebab anak sulung kebanggaannya akan menikahi seorang dokter muda. Mas Angkasa akan menikahi wanita cantik dan pemberani asal Gardenia. Siapa sangka jika orang yang pernah kami jodoh-jodohkan dulu (tetapi gagal) malah menjadi jodoh betulan. Entah bagaimana proses PDKT itu berjalan, dengan taktik sat-set-sat-set, Mas Angkasa mampu menaklukkan hati Kak Dana si watak keras itu.
Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh rambut sanggulku dari belakang. Secepat kilat aku langsung menoleh. Anak laki-laki berkacamata dengan beskap cokelat polos menyengir kuda di depan wajahku. Jenggot tipisnya mengalihkan ingatanku. Ia mengepalkan tangannya, mengajakku untuk bersalaman dengan gaya fist bump. “Tumben lo pakai sanggul.” Ya, siapa lagi kalau bukan Jansen.
“Iya, biar cantik,” ucapku tertawa. “Yang lain mana? Udah lama banget gue nggak lihat mereka. Kangen banget,” ucapku antusias.
“Ada, tuh.” Jansen langsung menunjuk trio Gapreters yang melangkah beriringan dari pintu utama gedung. Aura ketampanan mereka sangat terpancar lewat penampilan mereka hari ini. Galileo dengan setelan beskap hitam adat Solo dengan jarik cokelatnya tampak terlihat gagah dan memukau. Ketampanannya tidak pernah luntur seiring zaman yang semakin bertambah. Si kembar memakai setelan jas slim fit dengan sepatu kulitnya yang mengkilap. Mereka berjalan menuju kursi kami.
Galileo terdiam memandangi penampilanku. “You look great, Jun!”
“Gila. Udah berapa lama kita nggak ketemu ya?” Sapa Andra.
Indra menghitung-hitung. “Tiga tahun?” Indra lalu merangkul bahu Sere. “Kalau sama Ayang Sere gue sih ketemu terus. Sama kalian doang yang susah.”
Kami terkekeh bersama. Hari ini memang menjadi pertemuan kami setelah tiga setengah tahun tak berjumpa. Menjadi dewasa membuat kami sulit sekali untuk saling bertemu. Sekalinya bisa bertemu tidak dalam formasi yang lengkap.
Sejak lulus SMA kami semua berpencar dan sibuk dengan kehidupan masing-masing. Jansen mendapatkan kesempatan berkuliah di Photography Studies College di Australia dan sekarang jam terbangnya semakin tinggi. Kliennya banyak yang berasal dari luar negeri untuk kebutuhan komersial. Indra dan Serena berkuliah yang sama di Universitas Trisakti. Tapi, kesibukan Indra sebagai anak BEM membuatnya jarang untuk pulang ke rumah. Sementara Andra, ia berkuliah di Institut Teknologi Bandung dengan jurusan Teknik Geofisika. Pertemanannya sekarang meluas. Kalau aku lihat Instagram Story-nya pasti selalu berada di ujung Indonesia atau di luar negeri. Sementara Galileo, ia berkuliah di Monash University jurusan Economics.
Tak lama Artisha datang dengan rambut yang masih berantakan. “Sori, gue belum terlambat, kan?” Ucapnya melihat jam tangan Guess yang melingkar di lengannya. Artisha juga sama sibuknya, setelah lulus menjadi S.Ked di Universitas Airlangga, ia langsung koas di daerah Sidoarjo.
Sampai detik ini akulah sebagai penjaga Cluster Gardenia. Hanya aku yang selalu berada di rumah. Kampusku di Jakarta dan Bapak menyuruhku untuk pulang-pergi tanpa harus tinggal di kosan. Aku mengambil jurusan Fashion Bisnis di LaSalle College. Dan sekarang aku telah bekerja sebagai Fashion Marketing di perusahaan swasta Jakarta. Dari dulu aku ingin sekali punya brand clothing sendiri, tapi aku masih mengumpulkan modalnya entah sampai kapan. Meskipun KPR Bapak sudah lunas, kebutuhan kami tak kalah banyaknya. Aku tidak tega minta modal ke Bapak karena tahun ini keluarga kami membutuhkan banyak uang untuk persiapan pernikahan Bang Januar. Lalu tahun depannya persiapan untuk kuliah Dik Okta. Jadi, lebih baik mengumpulkan modalnya dulu sedikit-sedikit. Sesekali aku juga membuka freelance sebagai desainer dress atau baju-baju pesta untuk orang terdekatku. Sere yang selalu membawakan kliennya untukku. Ia bekerja sebagai Make Up Artist. Kliennya banyak berasal dari artis dan selebgram.
Pernikahan Mas Angkasa dilangsungkan dengan upacara Pedang Pora. Suasana berlangsung secara khidmat. Kak Dana tampil cantik dan anggun dengan adat Solo. Selesai proses upacara Pedang Pora, para hadirin bersalaman dengan anggota keluarga. Leo yang berbaris di sebelah Mas Angkasa. Saat aku menaiki altar, alisnya sengaja digerakkan naik turun untuk menggodaku. “Lo kapan nyusul?” ucapnya nyengir kuda.