Kami berjalan agak lama, dari pintu gerbang sampai dimana aku sekarang kurang lebih sekitar lima ratus meter, melewati beberapa gedung, beberapa kali aku ber papasan dengan beberapa pekerja yang berjalan kesana kemari, saling bertukar pandang.
Terkadang berhenti karena ada kendaraan yang lewat, suara bising dari mesin mesin besar. bahkan aku melihat dan mendengar beberapa orang sedang di marahi oleh supervisornya.
Sebenarnya banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di benakku sekarang seperti, siapa kau? apa isi dari tas ini? apa maksud dari koin ini? dengan siapa aku berurusan? siapa Liam? dari mana asal mereka? dan satu hal yang paling pasti ingin sekali aku tanyakan Siapa sebenarnya dirimu Sustika Juang?
Kemudian langkah kami terhenti di sebuah taman, sebuah taman di dalam pabrik pengecoran besi. uniknya suara dari mesin mesin besar itu tak terdengar dari sini. kulihat ada dua orang berbaju hitam dan putih berdiri di depan pintu masuk.
Aku mendengar alunan musik lambat yang bahasanya tidak ku ketahui, mirip dengan ucapan dari si codet ini pada saat berbicara di depan tadi.
"Kau tunggu disini." perintahnya. kemudian dia pergi masuk melewati jalan diantara pagar tanaman.
Dari tempatku berdiri terdengar samar samar suara gelak tawa, dan obrolan dengan bahasa yang benar benar tidak ku mengerti. lalu gelak tawa itu berhenti. tak lama si codet kembali.
"Ayo."
Aku mengikutinya dari belakang, terhenti oleh dua orang pengaja, mereka merabahku.
"Вы проверяли этого парня? [Vy proveryali etogo parnya?]" dia berbicara, namun bukan kepadaku.
"еще нет. [yeshche net.]" jawab si codet dengan nada angkuh.
"ты тупой? [ty tupoy?]" balasnya agak keras, "а если он принесет оружие и всех расстреляет. Блядь! [a yesli on prineset oruzhiye i vsekh rasstrelyayet. Blyad'!]"
"как ты посмел называть меня глупым, черт возьми! [kak ty posmel nazyvat' menya glupym, chert voz'mi!]"
"Эй! [Ey!]" sela satu orang lain. "вырезать это! [vyrezat' eto]"
"Maafkan rekan kami. namaku boris. penerjemah ketua kami." sapa orang yang menyela tadi, sambil menyodorkan tangan, aku hanya tersenyum dan menyalaminya, "Oh iya aku lupa, semua orang suruhan wanita itu tidak pernah mengeluarkan suara apapun, kalau begitu ayo."
Setelah pengecekan tadi, aku mengikuti Boris, pria tua gagah ber rambut klimis. tinggi badan kami tidak jauh berbeda, lebih pendek dari si botak Liam, tapi lebih tinggi dariku sedikit. rambutnya juga sudah banyak yang berwarna putih.
"Tetap disini."