1 Minggu kemudian...
Ustadz Rohim terlihat sedang berkeliling pondok untuk mengamati santri dan santriwatinya yang melakukan kegiatan mereka seperti biasa. Tampak mereka sedang membersihkan ruang tidur, menyapu halaman pondok dan ada yang sedang mengaji di mushola.
Tak lama kemudian, ustadz Rohim berpapasan dengan Kemal dan Sandi. Wajah kedua santri ini seperti terkejut melihat ustadz Rohim. Karena memang, Kemal dan Sandi berencana untuk pergi ke luar pondok secara diam-diam untuk menemui Malik di desa sebelah.
“Kemal, Sandi, mau kemana ini pagi-pagi? Malik mana? Biasanya bertiga kalian.” tanya ustadz Rohim.
“Malik lagi... Itu, lagi ke kamar mandi pak ustadz.” jawab Kemal dengan gugup.
“Ooh, yasudah kalau gitu.” ustadz Rohim kemudian pergi.
Ustadz Rohim lanjut berkeliling pondok.
“San, gak usah keluar lah, takut dimarahin gue... ” ucap Kemal ingin memgurungkan niatnya.
“Yaudah, kita tunggu sini aja kalo gitu, entar juga balik dia(Malik).” kata Sandi.
Mereka memutuskan untuk diam di pondok dan kembali ke ruangan mereka.
Malik saat ini sedang berada di desa Tulip untuk bersantai di sebuah warung. Hal ini selalu dia lakukan semenjak pertama kali masuk di pondok pesantren.
“Pak, pesen kopinya satu.” ucap Malik, sembari mengambil camilan.
Saat sedang menunggu kopinya, datang Jonatan yang baru saja dari rumahnya. Dia langsung duduk di sebelah Malik, lalu mereka berbincang-bincang dengan sangat akrab.
Jonatan sudah lama mengenal Malik, sejak pertama kali Malik mengunjungi desa ini, sekitar 1 tahun lalu. Oleh karena itu mereka terlihat sangat akrab.
Ketika mereka sedang mengobrol, Jonatan sedikit mengkhawatirkan Malik karena keluar dari pondok tanpa izin, dan sudah sangat lama berada disini. Namun, Malik justru terlihat begitu santai.
Hampir 2 jam berlalu Malik berada di warung kopi ini, sampai akhirnya, dia bersiap kembali ke pondok. Dia membayar kopi dan camilannya, lalu pergi.
"Jo, gue balik dulu." Ucap Malik berpamitan ke Jonatan.
"Iya." Kata Jonatan lalu meminum kopinya.