Tawangsri berdiri di pematang.
Sawah itu ditemukannya sama persis seperti yang dilihatnya pada masa lalu sesudah bertahun-tahun lewat, yang tersimpan dalam salah satu lembar ingatannya. Masih berupa kumpulan batang-batang padi, sebagian berwarna hijau, sebagian lainnya kuning keemasan menjelang masa panen. Kumpulan batang padi itu terhampar luas. Pada beberapa bagian terbelah oleh garis pematang, lebih serupa dengan hamparan selimut yang terkotak-kotak dan bergerak lembut kala terhela angin.
Ada suara yang khas setiap kali angin datang.
Adalah gemerisik tangkai-tangkai padi yang saling bergesek. Samar suara gemerisik itu, lebih lembut dari desau daun-daun bambu atau hempas daun pisang yang berjajar di kebun.
Lalu ditemukannya dirinya seperti berada pada belahan dunia yang lain, yang pernah dimilikinya pada suatu ketika di masa lalu, kemudian ditinggalkannya. Sekarang dia kembali pada belahan dunia itu, tanpa rasa asing, melainkan lebih sebagai menemukan kembali sesuatu yang terlepas, seperti berjalan pulang pada sesuatu ……
Tidak setiap kali kita berada pada tempat yang kita inginkan. Tidak setiap kali kita bisa memilih untuk tetap tinggal atau beranjak dari suatu tempat. Tidak setiap kali kita bisa menentukan berada pada suatu tempat selama yang kita kehendaki. Tidak setiap kali. Tapi kali ini Tawangsri berada pada tempat yang diinginkannya. Berapa lama pun waktu yang diinginkannya untuk tetap tinggal.
Tidak setiap orang ingin kembali kepada masa silamnya. Tidak setiap orang mengenang masa silam dengan bahagia dan menyimpannya sebagai sebuah kenangan yang tak terlupakan.
Ada banyak hal terjadi pada bagian masa silam itu. Kadang memunculkan nama-nama yang tak hendak diingat. Kepingan peristiwa yang seharusnya dilupakan, atau kesempatan-kesempatan yang tak pernah kembali. Diperlukan sebuah perjuangan untuk melupakan bagian-bagian itu. Perjuangan yang tidak selalu menjanjikan keberhasilan karena melupakan berbeda dengan lupa. Lupa terjadi dengan sendirinya, terjadi begitu saja meskipun terkadang tidak diinginkan. Sementara melupakan lebih merupakan sebuah upaya untuk berhasil melakukan lupa, yang seringkali justru membuat upaya-upaya itu menjadi nihil karena apa yang ingin dilupakan justru makin menguat dalam ingatan.
Melupakan tak serupa menekan tombol delete yang tersedia pada keyboard, lalu sistem komputer yang sudah terkonfigurasi sedemikian rupa akan menjalankan program yang diminta dengan sempurna dan selesai. Lupa pada diri manusia mempunyai cara dan jalannya sendiri untuk bertahan atau pergi dari benak pemiliknya.