Bertahun kemudian, pada lingkar dunia barunya Zhang Mey menemukan kenyataan bahwa apa yang nenek dan ibunya katakan tentang darah perawan tidak sepenuhnya benar. Darah perawan tidak selalu untuk para suami.
Banyak perawan terkoyak oleh upaya perundungan. Sebagian di antaranya belumlah sempurna sebagai perawan karena merupakan anak-anak di bawah umur bahkan balita. Di bagian belahan dunia mana pun, perundungan dengan berbagai ragam modus operandi, merupakan sesuatu yang selalu ada dan terjadi berulang betapa pun beragam cara penanggulangan dilakukan.
Karakterisasi korban sangat tak terbatas, nyaris tak bisa diklasifikasi. Sebuah gejala yang menunjukkan bahwa semua perempuan pada segala level, apakah itu kategori usia, etnis, atau status sosial, berpotensi untuk menjadi sasaran.
Perundungan tersamar pun yang dilakukan dengan dalih atas nama cinta, bukan lagi sesuatu yang baru. Hanya saja para korbannya mengalami keterlambatan kesadaran -mengira bahwa apa yang mereka lakukan atas nama cinta - sehingga memunculkan berbagai interpretasi yang berbeda sehingga pada akhirnya perlakuan tersebut tidak akan memenuhi kriteria yang distandarkan untuk disebut sebagai proses pemerkosaan.
Fenomena lainnya, kegadisan bahkan bisa dijual serupa komoditi dalam dunia perdagangan. Bahkan berdaya jual tinggi atau dilelang serupa tradisi Geisha dalam dunia entertaintment tradisional Jepang.