Bab Dua, Bagian Satu.
Benar saja, di perjalanan menuju kampus sangatlah macet. Aku sampai tepat lima menit sebelum acara seminar di mulai. Ku percepat langkang ku menuju tempat acara berlangsung, ruang audotorium.
Di tengah perjalanan ponsel ku bergetar tanda sebuah panggilan masuk. Langsung saja ku angkat tanpa melihat siapa nama si penelpon.
“Halo, assalamu’alaikum. Dengan siapa?” Tanya ku to the point.
“Wa’alaikumsalam. Athiya, kamu sudah sampai mana? Yang lain sudah menunggu kamu, sebentar lagi acara akan di mulai.” Cerocos si penelepon. Suara perempuan. Aku tahu siapa dia, karena tidak ada seorang pun yang menelepon ku dengan gaya bicara seperti ini kecuali Rayhan dan sahabat ku Salsabila.
“Iya, aku sudah sampai di koridor lantai satu gedung audotorium. Mungkin antara tiga sampai empat menit lagi aku sampai di lantai tiga, do’akan agar aku tidak terlambat ya, Ca.” Jawab ku sambil mengatur pernapasan. Tak ayal kaki ini ku percepat sebisa mungkin. Ku tengok jam tangan yang bertengger manis di lengan kiri ku, pukul delapan lima puluh enam. Berarti empat menit lagi. Aku harus sampai kurang dari empat menit.
Ku lihat seluit Salsabila yang berdiri di depan pintu ruang audotorium dari jarak yang tidak terlalu jauh. Iya, aku sudah sampai di lantai tiga hanya dengan kurung waktu dua menit. Mungkin jika bukan di waktu mendesak seperti ini aku akan bangga bisa memecahkan rekor Salsabila yang dulu pernah seperti ku hanya dengan waktu lima menit.
Dia belum melihat ku ternyata. Ucap ku dalam hati, jika saja ia sudah melihat ku walau hanya sekedar bayang-bayangnya ia akan langsung mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu suara cemprengnya akan menggelegar di sepanjang koridor.
Tiba-tiba matanya bersinambung dengan mata ku. Tepat sasaran, sebentar lagi drama akan di mulai. Sebelum itu terjadi aku mengisyaratkan kepadanya dengan menempelkan telunjuk ku di depan mulut, pertanda jangan bicara dulu.
Setelah jarak ku dengannya hanya beberapa langkah, ku tarik saja lengannya agar masuk kedalam ruangan. Ku hiraukan saja sumpah serapahnya keluar.
"Tempat kita dimana?" Tanya ku setelah memasuki ruangan.
"211 dan 212. Tuh, sebelah kiri dari pintu utama. Disana sudah berkumpul teman-teman kita." Jawab Salsabila yang ia tunjukan dengan dagunya.
Ku teliti lebih dalam lagi ruangan ini, mengedarkan pandangan mencari dimana teman-teman ku yang lain sudah masuk dan duduk lebih awal.
Disana, tidak jauh dari tempat ku berdiri saat ini aku melihat mereka sedang mempersiapkan bahan seminar. Ku langkahkan saja kaki ini mendekati mereka. Salsabila hanya diam mengikuti langkah pasti ku.
"Hai, assalamu'alaikum. Maaf lama menunggu." Ucap ku sesopan mungkin.
"Tidak apa, yang penting kamu sudah datang kok." Jawab Lintang ramah. "Ayo Ya, kamu duduk aja dan siapain semuanya." Lanjutnya. Aku mengangguk dan menuruti apa yang Lintang perintah.
Ku buka ransel ku, mengeluarkan laptop warna silver milik ku dan menghidupkan layarnya. Ku cari file yang memang sudah di beri oleh panitia kepada setiap peserta dua hari yang lalu.
Acara di mulai. Seorang pria berumur akhir dua puluhan itu yang akan menjadi pembawa acara, ia sedang membacakan susunan acara seminar kali ini dengan lantang nan tenang. Kami mendengarkan dengan khidmat tanpa berani mengeluarkan suara sedikitpun.
Satu jam berlalu tanpa terasa. Sampai sudah pada bagian sesi tanya jawab. Lagi-lagi, seorang pria yang mungkin tak jauh berbeda dengan usia ku mengangkat lengannya. Jaraknya yang hanya terpisah tiga meja sebelah kanan ku, membuat ku dapat melihatnya dengan jelas.
Tampilannya urakan, matanya yang biru menandakan bahwa dia keturunan blasteran. Aku menahan nafas saat suara beratnya menggelegar di seluruh antero raung audotorium.
"Sebelumnya maaf jika saya bertanya tentang sesuatu yang keluar dari topik seminar kali ini." Katanya tanpa menunggu jawaban si pembawa acara. "Apakah benar, jika salah satu rektor kampus ini mengalami kasus korupsi?" Tanya nya to the point. Sontak kami para pendengar pun kaget akan apa yang lelaki itu katakan.
"Maaf saudara, apakah anda mengetahui informasi tersebut benar atau tidak? Karena jikalau itu salah, kemungkinan besar anda akan di vonis bahwa anda menyebarkan berita yang salah. Jadi, harap di teliti lebih dalam lagi." Jawab si pembawa acara.