Bab dua, bagian tiga.
"Cacaaa...... Cepetan, pertunjukan akan segera dimulai." Saya mengatakan bahwa orang-orang yang telah mondar-mandir tidak melihat perilaku Salsabila terlalu menguntit.
"Aish, kamu adalah ya. Akulah yang ingin menikahimu yang begitu degy dan begitu tak terlihat. " Jawablah dengan santai.
"Aih... Aku mondar-mandir seperti ini karena aku melihatmu seperti ini, Ca." Suaraku mungkin terdengar frustrasi. Tapi memang benar saya sangat frustrasi.
"Lihatlah jam tangan Ca! Sekarang sudah jam setengah sembilan, pertunjukan dimulai tepat pukul setengah sepuluh dan Anda masih diem-diem seperti ini ?! Tidak sedikit siap. Ya Allah..." Aku secara acak navi berkerudung yang menutupi kepalaku secara kasar.
Tidak pernah jalan, obat bius hanya runtuh tubuh ini di kasur empuk Salsabila. Tutup mata Anda untuk sementara waktu sambil mengatur napas ini agar tidak terlalu emosional.
Kasur yang saya roboh bergerak sedikit, membuka mata saya untuk melihat Salsabila yang berada di dalam daging juga. Aku hanya menutup mata ini, biarkan Salsabila melakukan apa.
"Ya, aku tahu kamu tidak suka melihatku biasa-biasa saja seperti ini. Tapi jujur, dalam hati terdalam ini aku bahkan lebih dari satu kata. " Jelas dengan tenang.
Mataku langsung terbuka lebar, menunjuk tepat pada bola mata Salsabila yang ada di sebelahku. Sebenarnya, aku baru menyadari apa yang dia katakan.
"Jika kita mengatakan kita berdua degreatif dan tidak bisa mengendalikan diri kita sendiri, itulah yang ada di sekitar, itu membuat semuanya runyam. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Biarkan Anda mengungkapkan apa yang saya rasakan saat ini. Jadi, sekarang Kau menenangkan pikiranmu sambil menungguku mandi. Apakah Anda percaya bahwa/itu saya bisa menyelesaikan tanpa terlambat sedetik ?! " Dia menambahkan.
Tanpa menunggu aba-aba ia sudah duduk kembali, lalu berdiri dan pergi menuju kamar mandi.
Sekali lagi ku hembuskan nafas berat ku, merilekskan segala pikiran yang sedari tadi bergelayut di kepala. Aku bangun dari acara tidur-tiduran ku. Dan bertekad akan memberikan yang terbaik untuk akad nikah sahabat ku.
Pertama, ku ambil kebaya putih Salsabila yang bertengger manis di lemarinya. Mengusap lembut pernak-pernik yang memang terlihat sangat sederhana namun begitu elegan. Ku simpan kebaya ini di atas kasur.
Ku hampiri meja rias yang berada tepat di samping sebelah kiri ranjang. Meneliti kembali perlengkapan yang belum tersedia di atasnya, ternyata ada beberapa make up yang belum ada.
Sudah bisa di tebak, Salsabila pasti tidak menyiapkannya. Karena ia sangat anti dengan sesuatu yang berbau make up.
Walau sudah aku ingatkan berkali-kali untuk membelinya, dan aku akan memakluminya dengan berkata tidak apa tidak di pakai untuk sehari-hari yang terpenting ia memakainya di hari yang tidak akan pernah terulang kembali. Yaitu hari ini. Hari dimana ia akan berpindah hak dari ayahnya kepada suami.
Terdengar pintu kamar mandi terbuka, di baliknya muncul sosok Salsabila mengenakan kaos oblong dan celana selututnya. Ku lirik jam beker yang berada diatas nakas, kurang dari sepuluh menit Salsabila telah beres mandi.
Memang, aku tidak akan meragukan kelincahannya dalam melakukan sesuatu dengan cepat nan tepat. Buktinya seperti saat ini.
"Kamu langsung saja pakai baju kebayanya Ca, aku sudah menyiapkannya. Tuh dia atas kasur. Jangan lama, aku tunggu." Perintah ku di jawab dengan sebuah anggukan pasti. Ia mengambilnya tanpa banayk bicara, lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi.
Tak lama, Salsabila kembali.
"Masya Allah, Ca. Belum di dandanin saja sudah cantik, apalagi kalau sudah. Suami mu pasti nggak akan bisa ngedipin matanya lihat kamu." Kata ku girang.
Tanpa kata aku giring Salsabila agar duduk di kursi meja rias.
"Kamu duduk yang anteng pas aku dandanin ya, Ca." Langsung saja ku poleskan berbagai make up ke wajahnya.
Saat aku hendak memoleskan foundation, lengan Salsabila menahan lengan ku. Ku tanya saja dengan mengangkatkan kedua alis ku.
"Ingat loh Ya, aku nggak mau terlalu tebal. Aku takut plus malu di tertawakan sama banyak orang, apalagi posisi ku saat ini berada di depan mertua ku." Katanya sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Uh... Apa sih yang di takutkan oleh sahabat ku ini? Seingat ku sosok Salsabila yang ku kenal kan sangat percaya diri." Aku jawab sambil menggaruk hidung menutupi seringai ku.
"Okey, kamu bisa jamin dandanan ku akan memukau semua mata. Jika sebaliknya, kamu pastikan saat aku menikah nanti aku tidak akan memakai sepoles make up sedikit pun." Kata ku mantap. Jari kelingking ku melayang di depan wajah Salsabila tanda sebuah perjanjian, Salsabila melakukan hal yang sama. Tidak lupa aku berikan senyuman tulus untuk menyemangati.
Tidak mendengar jawaban Salsabila lagi, ku lanjutkan saja dengan acara yang tertunda beberapa menit lalu. Dengan sabar wajah Salsabila ku rias dengan apa yang ia minta, tidak terlalu tebal.
Setengah jam kemudian, penampilan Salsabila berubah seratus delapan puluh derajat. Dengan kebaya putih yang simple berpadu pashmina senada dan wajahnya yang di rias dengan sedikit polesan sungguh sangatlah memukau.
"Ca, coba deh kamu ngaca sendiri. Lihat penampilan kamu yang sudah mirip kayak putri-putri kerajaan zaman dulu, cantik nan ayu." Kata ku yang dengan terang-terangan memuji kecantikannya hari ini.
Aku saja yang merias wajahnya tidak percaya Salsabila akan seperfect ini, apalagi orang lain yang lihat. Sudah fiks, suaminya tidak akan bisa berpaling lihat penampilan Salsabila kali ini.
Ku lihat senyuman tulusnya terpancar, ia melirik ke arah ku lewat cermin. Sesaat senyumnya hilang, hanya tersisa keseriusan.
"Yah, kok aku jadi cantik sih?" Tanya nya yang langsung memandangi penampilannya, dahi ku mengerut bingung. Seharusnya jika seseorang mendapatkan hasil yang bagus, ia akan bangga. Lah, ini malah bertanya kenapa.
Aku masih belum mengeluarkan sepatah kata pun, membiarkan Salsabila berpikir dengan caranya yang aku pun tidak mengerti.
"Sebelum dandanin aku kan kamu bilang, kalau hasilnya nggak memuaskan kamu janji nggak akan pakai make up sedikit pun di pernikahan mu. Nah, aku itu maunya seperti itu." Ungkapnya dengan jujur.
Aku melongo tak percaya. Sangat tidak paham kalau Salsabila sudah mengatakan sesuatu yang aneh, pasti aku hanya menjawab dengan geleng-geleng kepala.
"Tapi jujur nih, Ya. Aku salut banget dengan hasil kamu, perfect. Terima kasih." Tambahnya lagi.
"Kalau begitu kita langsung saja keluar, pasti semua orang sudah menunggu kehadiran tokoh utamanya." Kata ku dengan senyum mengembang. "Ayo." Dengan perlahan ku tuntun Salsabila keluar dari kamar.
Karena Salsabila meminta acaranya sederhana saja, akhirnya acara akad pun di selenggarakan di rumah Salsabila yang memang lumayan luas. Dengan sangat sederhana.