GARIS TAKDIR

anis mahdzuroh
Chapter #7

Memilih Hadiah.

Bab Tiga, Bagian Dua.


Undangan dari Herlam sedang dalam genggaman ku. Esok aku harus datang ke acaranya, tapi belum juga menentukan akan memberi kado apa. Hari ini aku tidak ada jadwal masuk kampus, jadi bisa di gunakan untuk membeli hadiah.

Setelah hari kemarin Herlam dan Rayhan berbicara, aku belum bisa menceritakan semuanya pada Rayhan. Ia masih di sibukkan oleh kegiatan sekolahnya dan beberapa kegiatan yang entah tidak aku ketahui dengan jelas.

Aku meletakkan kembali undangannya ke atas meja rias, sekarang waktunya untuk menyiapkan sarapan. Di dapur sudah ada Rayhan yang sedang memotong beberapa sayuran, ku percepat langkah menghampirinya.

"Kamu duduk saja, biar kakak yang masak hari ini. Mumpung tidak ada jam masuk kampus, jadi tidak di buru-buru." Kata ku mengambil pisau yang ada dalam genggaman Rayhan. Ia menurut, duduk di kursi sambil menyantap kopi yang masih mengepulkan asapnya.

Segera ku selesaikan pekerjaan yang tadi Rayhan kerjakan. Menu pagi ini adalah sup baso dan perkedel kentang. Tidak memakan banyak waktu yang sempit di pagi hari seperti kali ini. Walau aku tidak ada mata kuliah, tetap saja Rayhan harus berangkat sebelum jam tujuh.

Lima belas menit tanpa ada yang berbicara, aku sudah menyelesaikan masakan ku. Langsung ku tata kedua menu yang ku masak di atas meja makan. Kopi di cangkir Rayhan sudah habis beberapa menit lalu, ku ambil dan menyimpannya di westafel cuci piring. Sekarang ia sedang memanggil Ibu untuk ikut sarapan bersama.

Setelah Ibu datang, kami makan dengan tenang. Rayhan yang paling awal menghabiskan sarapannya, ia masih menunggu kami selesai.

"Ray pulang awal, mungkin jam sepuluh sudah di rumah." Ucap Rayhan menatap ke arah aku dan Ibu. Diantara kami berdua belum ada yang mau menjawab ucapan Rayhan barusan, pasti ada alasannya. Dan kami akan menunggu alasan itu di utarakan.

"Semua guru rapat, jadi muridnya di pulangkan." Tambahnya memberi alasan.

"Oh, ya sudah. Langsung pulang ya! Jangan mampir kesana kemari." Komentar Ibu yang langsung di angguki oleh Rayhan. Ia tidak akan pernah membantah perintah Ibu sedikit pun, baik dari hal yang menurutnya sepele sampai yang menurutnya tidak.

Aku teringat sesuatu.

"Gimana kalau kamu antar kakak beli kado buat ulang tahun sepupu teman kakak besok, kalau sendiri suka malas." Ucap ku mengusulkan saran agar Rayhan tidak diam di rumah. "Sekalian kita belanja bulanan."

"Tumben banget mau pergi sama Ray, biasanya juga kalau Ray yang ngajak kakak suka nolak." Cibir Rayhan. Aku menggelembungkan pipi ku, Rayhan selalu membalikkan ucapan ku. "Tapi, Ray juga kangen jalan-jalan sama kakak. Serasa jalan sama pacar." Tambahnya lagi. Ibu cekikikan, ia tahu kalau aku kurang suka jika membahas soal ini.

"Mau jam berapa?" Tanya Rayhan sambil merapihkan bekas sarapannya.

"Jam setengah sebelas, dan kamu langsung saja datang ke mall biasa kita beli kado. Kakak tunggu kamu di sana, ya." Kami akhirnya sepakat, jam sepuluh nanti aku akan berangkat dari sini. Masih ada beberapa jam lagi, bisa ku gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah ku.

Rayhan pamit berangkat sekolah. Aku dan Ibu merapihkan kembali meja makan agar terlihat rapi dan bersih, lalu mencuci piring yang kotor. Ibu sudah lebih dulu meninggalkan ruang makan, sengaja ku suruh ia agar menunggu ku di ruang keluarga saja.

Ku lihat Ibu sedang membolak-balik chanel televisi, aku tinggalkan dulu sebentar. Hendak mengambil laptop dan beberapa buku yang aku beli kemarin saat bertemu dengan Herlam.

Ah, rasanya sudah lama aku bertemu denganmya. Padahal baru kemarin. Sudahlah, lupakan dulu soal Herlam, sekarang aku harus fokus pada tugas ku yang menjulang bak gunung. Dan aku akan mengerjakannya bersama Ibu, maksudnya Ibu menemani ku mengerjakan tugas.

"Banyak tugas ya?" Tanya Ibu sambil membantu membawakan buku-buku yang aku bawa dan terlihat repot.

Lihat selengkapnya