Garis Tangan

Ilfi Rahmadani
Chapter #1

Bab 1. Prolog


Takdir, tidak ada yang tau bagaimana takdir yang akan dijalani oleh setiap makhluk. Takdir, bagaikan bentuk goresan yang ada di telapak tangan. Ada yang tebal, tipis, ada juga garis-garis putus yang banyak dan juga tidak. Semua scenario yang terjadi hanya Sang Pencipta alam ini saja yang tau bagaimana akan nasib seluruh hambanya. Mau itu tentang rezeki, jodoh, kematian, dan sebagainya semua itu hanya Allah yang tau. 

***

Hari ini suasana pagi begitu cerah, matahari bersinar dengan kilauan cahaya yang benderang. Secercah cahaya itu masuk ke dalam lubang ventilasi yang ada di atas jendela rumah dan terpantul ke arah kaca cermin meja rias yang ada di dalam kamar itu sehingga membuat kamar menjadi terang benderang sehingga membuat seorang gadis yang tengah tertidur lelab yang ada di dalam kamar tersebut, terbangun dari tidurnya yang nyenyak dikarnakan cahaya yang terang dan menyilaukan mata. 

Ketika terbangun rambut gadis itu terlihat acak acakkan, ia langsung merapikan rambutnya. Lalu ia turun dari tempat tidurnya sambil merapikan tempat tidurnya. Gadis itu bernama Ayu Intan, Ayu pun membuka jendela yang ada di kamarnya sambil menghirup udara segar dari arah luar jendela sehingga membuat pernafasan menjadi lebih lega. Terdengar suara kicauan burung yang saling bersahut-sahutan, suasana di pagi itu sangat tentram dan nyaman.

Ayu yang masih memakai baju tidur berwarna merah dengan motif polkadot putih itu tak sadar akan waktu untuk berangkat ke sekolah, ia masih menikmati pemandangan yang dapat di lihat dari kamarnya. Saat membalikkan badan Ayu tak sengaja melihat ke arah jam dinding yang ada di kamarnya yang sudah menandakan pukul 07.05 pagi.

“Akhh, Astagfirullah” teriak Ayu dengan histeris. 

“Sudah jam 7 lewat, gimana ini aku belum mandi, kalau gini caranya aku bisa terlambat ke sekolah” gerutunya dengan kebingungan. 

Ayu dengan gercepnya membereskan semua perlengkapan sekolahnya dan langsung bergegas ke kamar mandi sesampainya di kamar mandi Ayu langsung membasuh mukanya dengan air kran lalu menyikat giginya. 

"Kalau aku mandi pasti nanti telat, sudahlah aku nggak usah mandi cukup pakai parfum aja nanti, biar nggak bau" gumamnya sambil mengelab wajahnya yang basah dengan kain. 

Setelah itu Ayu langsung keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju seragam putih abu-abu miliknya.  

Dia terlihat sangat terburu-buru, Ayu masih sibuk memasang hijabnya. Tak lama kemudian Ummi memanggil Ayu dari arah bawah anak tangga untuk sarapan bersama.

“Ayu cepat turun! Waktunya sarapan nak. Kalau kamu lama nanti kamu bisa terlambat ke sekolah nak!” teriak Ummi dari bawah.

“Iya Ummi sebentar, Ayu lagi pasang jilbab!” jawab Ayu. 

Beberapa menit kemudian Ayu keluar dari kamarnya dengan membawa tas ransel berwarna hitam, karna turun dengan terburu-buru Ayu tak sadar bahwasanya salah satu kancing ransel miliknya tidak tertutup dengan rapat sehingga dapat terlihat isi dalam tas miliknya.

“Selamat pagi Ummi, Abi” sapa Ayu sambil menyambar salah satu roti yang terletak di atas meja lalu memakannya dengan terburu-buru.

“Ayu kalau makan itu duduk, terus makannya pelan-pelan. Nanti kamu bisa keselek loh” nasehat Ummi.

“Iya Ummi” jawab Ayu sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya dengan terburu-buru sehingga terjadi seperti yang dikatakan oleh Umminya, Ayu keselek dan batuk.

Karna tidak bisa menahan rasa sakit yang ada di kerongkongan membuat Ayu mengeluarkan sedikit air mata, Ayu langsung mengambil air minum yang ada di dekatnya lalu meminum air tersebut.

“Tuh kan, Ummi sudah bilang makannya pelan-pelan. Jadinya begini kan” ujar Ummi sambil menepuk-nepuk pundak Ayu dengan lembut.

“Iya Ummi, habisnya Ayu lagi terburu-buru Ummi. Ayu takut nanti terlambat pergi ke sekolah” kata Ayu.

“Hari ini, Abi antar Ayu ke sekolah biar nggak terlambat” kata Abi.

“Nggak usah Abi, Ayu naik sepeda aja. Lagi pula sekolah Ayu kan dekat dari rumah kita” ujar Ayu.

Lihat selengkapnya