Garis Tangan

Ilfi Rahmadani
Chapter #2

Bab 2. Murid Pindahan


Semua siswa dan siswi sudah masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Beberapa menit kemudian, guru yang akan mengajar di kelas Ayu masuk ke dalam kelas mereka. Guru tersebut datang bersama seorang anak laki-laki asing yang belum pernah mereka temui. 

Anak laki-laki itu terlihat cocok sekali dengan memakai seragam sekolah mereka dengan proporsi yang dimiliki olehnya. Dia memiliki tinggi badan yang pas kira-kira 176 cm seperti artis idol dengan bahu yang sedikit lebar. Rambut hitam yang sedikit bercampur dengan warna kecoklatan. Mata yang bening dan indah seperti bisa bercermin ke dalam kontak matanya itu.

Assalamu’alaikum anak-anak, selamat pagi semuanya” sapa bu guru ke seluruh murid yang ada di kelasnya.

Wa’alaikumsalam bu” jawab seluruh murid yang ada di dalam kelas tersebut.

“Selamat pagi bu.”

“Nah, anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya” ujar bu guru.

Saat mendengar mereka kedatangan murid baru suasana kelas yang tadinya sepi menjadi ribut seperti deungan suara lebah yang berkumpul.

“Wah ada teman baru nih kira-kira cewek apa cowok ya” bisik salah satu murid laki-laki yang ada di dalam kelas.

“Emangnya kalau itu cewek mau lu apa kan?” tanya teman sebangku murid laki-laki itu.

“Yah, kalau dia cantik kan bisa gue jadiin gebetan atau nggak pacar” bisik murid laki-laki itu sekali lagi.

“Ahh dasar playboy cap kapak lu tong” sahut salah satu murid perempuan yang ada di sebelahnya.

Karna terlalu ribut bu guru langsung mengambil penggaris yang ada di dekat mejanya dan memukul penggaris itu dengan kuat ke arah papan tulis.

“Semuanya diam dan tenang” kata Ibu guru itu dengan tegas sambil memukul penggaris tersebut.

Seketika suasana kelas menjadi hening dan tenang kembali. Semua murid merasa ketakutan melihat ekspresi bu guru yang sedikit meyeramkan ketika marah.

“Kamu bisa masuk sekarang, ayo masuk sini! Dan perkenalkan diri kamu kepada teman-teman baru kamu di sini” ujar bu guru.

Ketika anak laki-laki itu masuk, Ayu langsung kaget melihatnya karna ada wajah yang tak asing baginya. Saat beberapa ingatan yang terlintas di benaknya Ayu langsung spontan mengambil bukunya yang sudah terletak di atas mejanya.

“Aduh, bukannya itu anak laki-laki yang tak sengaja aku tabrak tadi, pas di koridor ya. Bisa gawat nih kalau dia mengenali wajahku nanti” batin Ayu sambil menutupi wajahnya dengan buku pelajarannya agar tidak terlihat oleh anak laki-laki itu.

Lihat selengkapnya