Saat semua murid sudah masuk ke kelas mereka masing-masing, suasana sekolah menjadi tenang dan damai. Jika berjalan satu persatu di antara kelas, pasti terdengar suara guru-guru yang sedang menerangkan materi pembelajaran di dalam kelas mereka masing-masing, terkecuali lapangan olahraga. Ada beberapa murid yang sedang berkumpul di sana bersama guru olahraga mereka.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepatnya, bel istirahat telah berbunyi yang menandakan bahwa pembelajaran pertama dan kedua telah usai.
“Sekian pelajaran kita hari ini, selamat istirahat semuanya. Untuk Ayu dan Harris bisa kemari sebentar!” panggil bu guru.
“Ya bu! Ada apa?” jawab Ayu sambil maju ke depan kelas dan disusul oleh Harris dari arah belakang.
Dona yang memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi, ia tak mau ketinggalan dengan informasi baru, ia akhirnya membuntuti Ayu dan Harris dari belakang serta ikut ke meja bu guru untuk menguping pembicaraan.
“Ibu mau minta tolong kamu untuk menunjukkan tata letak sekolah kita kepada Harris. Diakan murid baru di kelas kita jadi dia belum tahu tata letak sekolah kita ini dengan jelas. Bisa kan Ayu?” pinta bu guru kepada Ayu.
Mendengar permintaan bu guru tersebut, Ayu bingung harus menjawab apa karna di satu sisi ia masih merasa bersalah terhadap Harris tentang kejadian saat di koridor tadi pagi.
“Mm…” gumam Ayu sambil berpikir lalu melirik Dona dengan sekilas. “Kenapa tidak ketua kelas saja bu yang jadi pemandu Harris” ujar Ayu.
“Tadi ibu sudah berbicara dengan ketua kelas, akan tetapi hari ini dia lagi ada rapat OSIS jadi dia tidak bisa. Makanya ibu menyuruh kamu, kamu nanti bisa mengajak Dona juga untuk menemani kamu yu” tawar bu guru.
Ayu masih terus berpikir tapi mendengar perkataan itu Ayu langsung menjawab “ba-.”
“Apa…?” sontak Yulyan dari arah belakang dengan memotong pembicaraan bu guru dengan Ayu. Bu guru dan beberapa murid yang masih berada di dalam kelas kaget mendengar teriakan Yulyan yang sangat kuat dan nyaring itu.
Ternyata Yulyan sedari tadi mendengar pembicaraan bu guru dengan Ayu dari tempat duduknya yang posisinya di depan dan tidak jauh dari meja guru. Yulyan nggak terima kalau Ayu yang disuruh oleh bu guru untuk menemani Harris untuk keliling sekolah.
“Apa bu…?” ujar Yulyan dengan kesalnya. “…Ibu nyuruh si cu… ah bukan maksud saya ibu nyuruh Ayu untuk menemani Harris untuk berkeliling sekolah. Gak salah dengar saya nih bu.”
“Iya bu, ibu gak salah nih bu. Orang kayak gini ibu suruh, untuk jadi pemandu Harris. Gak pantas kali bu” sahut Eti sambil menunjuk Ayu dengan tatapan jijik.
“Jadi menurut kalian siapa yang pantas untuk menjadi pemandu Harris berkeliling di sekolah?” tanya bu guru.
“Tentu saja bisa kami atau orang lain bu, yang pasti bukan dia” kata Yulyan sambil menatap Ayu dengan sinisnya.
Melihat tatapan Yulyan, Ayu langsung bersikap cuek acuh tak acuh terhadap Yulyan dan kawan-kawannya.
“Bagaimana pendapat kamu Harris?“ tanya bu guru kepada Harris J.
“Gimana apanya bu?” jawab Harris.
“Sekarang kamu yang memilih, siapa yang akan menjadi pemandumu untuk berkeliling sekolah” ujar bu guru.