Garis Tangan

Ilfi Rahmadani
Chapter #4

Bab 4. Dia lagi, dia lagi

10 hari kemudian, di SMA Negeri Tb.

Dona yang tengah asyik mendengarkan musik di handphone miliknya melalui headset di telinganya, ia sangat menikmati setiap melodi lagu yang keluar, sehingga membuat ia ikut bernyanyi dengan nada-nada lagu tersebut sampai membuat ia tak menyadari akan kehadiran seseorang tepat berada di sampingnya. 

Orang itu menarik kursi yang ada di samping Dona lalu ia duduk dengan tenang di kursi itu. Orang tersebut terlihat tak bertenaga sama sekali, wajahnya sedikit kusut nan pucat basi seperti orang yang kekurangan darah, memiliki tatapan sayu dan kosong seperti mayat hidup. 

Dona merasa sedikit merinding ketika orang itu datang. Bulu kuduknya berdiri tegak, hati Dona juga merasa sedikit cemas. Karna masih asyik dengan melodi yang ia dengarkan sambil membaca buku novel kesukaannya, ia tak menghiraukannya sama sekali perasaannya itu.

Buku sudah selesai dibaca, Dona membuka headset yang ada di telinganya saat ia ingin meletakkan buku dan headsetnya ke dalam tas. Dona kaget melihat orang yang tengah duduk di sampingnya itu. 

"Astagfirullah" Dona bangkit dari tempat duduknya sehingga membuat kursi Dona terjatuh dari posisinya semula, suara kursi jatuh itu terdengar sangat nyaring dan membuat semua mata tertuju pada sumber suara itu, akan tetapi orang yang tengah duduk di sampingnya itu tidak berkutik sama sekali.

Tubuh yang terbujur lesu, posisi kepala yang menghadap ke arah kanan dengan mata yang sedikit sayu. Kedua tangan yang terjuntai dengan lemasnya. Orang itu seperti tidak ada rasa gairah sama sekali.

"Hei, Ayu!" panggil Dona dengan mengguncang-guncang kan badan Ayu dengan sedikit lembut. Tapi orang yang dipanggil itu tak merespon sama sekali panggilan Dona.

"Ada apa denganmu? Kamu sakit, atau gimana?" ujar sahabatnya itu dengan khawatir. "Hey Ayu, jawab dong."

Karna tak merespon terus, Dona langsung meletakkan tangannya ke kening Ayu apakah dia demam atau tidak. "Badannya tidak panas sama sekali, normal seperti biasanya."

Lalu Dona mengecek wajah Ayu, ia memperhatikan raut wajah sahabatnya itu dengan lekatnya. Tatapan kosong yang terpancar kan dari mata temannya itu, Dona melambaikan tangan kanannya ke arah pandangan Ayu, tapi itu tak membuat Ayu sadar dari lamunannya.

Sementara Ayu masih larut di dalam dunia imaji yang ia ciptakan dalam pikirannya, banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang ia pikirkan sehingga membuat separuh jiwanya sudah terbang entah kemana.

Emosi tak terbendung lagi, puncak amarah sudah sampai di ubun-ubun. Dengan berat hati Dona mengeluarkan jurus andalannya. Kedua ujung jari telunjuknya ia satukan lalu ia bergumam "Zzzzttttt" seperti kata ajaib "Adakadabra" yang selalu diucapkan oleh seorang pesulap ketika kata itu diucapkan terjadi suatu keajaiban yang datang entah darimana.

"Maafkan aku ya sob, hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu" batin Dona di dalam pikirannya.

Setelah menyatukan ujung jari telunjuk dengan beberapa menit, Dona langsung meletakkan ujung jari itu ke arah pinggangnya Ayu,

"Ya allah" sontak Ayu yang langsung berdiri tegak dari kursi miliknya karna kaget. Ia merasa seperti ada aliran listrik yang menyetrum dirinya dan itu membuat Ayu langsung tersadar dari lamunannya. Wajahnya yang pucat tadi berubah menjadi sedikit kemerahan.

Dona tak bisa menahan tawa ketika melihat ekspresi kaget temannya itu.

"Dona!" ujar Ayu dengan kesalnya.

"Pffft, siapa suruh wajahmu kayak mayat hidup begitu, buat orang jantungan tau nggak" celoteh Dona dengan kesal.

"Seharusnya aku yang marah, kan di sini aku korbannya" pikir Ayu di dalam benaknya.

"Udah, kau nggak usah mikir kalau kau korbannya di sini. Lebih baik kau jelaskan samaku ada masalah apa sampai mukamu ditekuk begitu terus, kayak orang kekurangan gizi lagi."

"Nih anak kok bisa baca pikiran gue ya" batin Ayu dengan raut yang penuh curiga sambil menatap tajam wajah Dona.

"Jangan terlalu fokus kali liatnya yu, ntar bola matamu keluar lagi" kata Dona sambil menegakkan kursinya yang terjatuh ke lantai.

"Huh!" desah Ayu dengan memangku kedua tangannya sambil membuang muka.

Dona yang melihat tingkah temannya itu hanya bisa bersabar, setelah memperbaiki posisi kursi miliknya. Dona langsung menarik tangan Ayu keluar kelas.

"Hey Don! Kita mau kemana, sebentar lagi guru kita masuk tau," ujar Ayu dengan sedikit emosi

"Udah ikut aja, lagi pula hari ini guru olahraga kita nggak masuk, jadi aman. Sesekali kita bolos kelas nggak apa-apa yu" ujar Dona dengan santai sambil memegang tangan Ayu dengan lembut.

Lihat selengkapnya