Setelah 2 minggu Aku dirumah bersama Ibu dan menganggu Zidan, akhirnya Aku bekerja juga mulai hari, Aku kembali menjadi designer disebuah perusahaan retail besar yang berkantor pusat di sudirman.
Jujur meskipun ini bukan kali pertama Aku bekerja tapi tetap saja Aku sangat gugup, Aku sudah menyiapkan banyak hal untuk hari ini, Aku juga sudah mengecat warna rambutku menjadi warna hitam lagi agar tidak terlalu mencolok, memang waktu aku di aussie Aku terlalu banyak gaya, berusaha tambil seperti bule - bule disana kebanyakan.
"Halo". Wanita berambut sebahu yang duduk disampingku mengalihkan pandanganku yang sedari tadi menatap sekeliling. "Kania". Katanya sambil menjulurkan tangannya padaku.
"Hai, Dania". Aku menyambut tangannya.
"Where do you live?".
Aku tertawa. "Pake bahasa Indonesia aja kali, Gue orang indonesia, orang jawir, susah pake bahasa bule".
Kania tertawa terbahak mendengar jawabanku yang sengaja ku jawab dengan nada medok khas Mbak Mbak jawa. “kirain udah lupa bahasa Indonesia".
Kami akhirnya berbincang banyak hal, baik itu mengenai lingkungan dikantor hingga kehidupan pribadi Kania, dia pribadi yang cukup terbuka, baru satu hari saja dia bisa bercerita banyak hal padaku, termasuk status single nya yang sudah menginjak tahun ke tujuh, lebih banyak 2 tahun dari Aku.
"Dania ini list product eksisting kita, kamu bisa lihat - lihat untuk referensi". Pak Mike membuat obrolanku dan Kania terhenti.
Kami berbarengan menatapnya.
"Kania project yang kamu bilang on process, saya tunggu hari ini ya. jam 7 malam". Kata Pak Mike dengan penekan diakhir ucapannya.
"Noted Pak". Kania tidak menjawab banyak, Aku tahu itu sengaja Ia lakukan agar Pak Mike lekas pergi dari meja kita berdua, karena dari ceritanya tadi Kania benar – benar sebal dengan Mike.
Setelah mendengar ucapan singkat Kania, Pak Mike langsung pergi keruangannya.
"Pak Mike ganteng ya". Kataku sambil terus melihat Pak Mike yang berjalan menuju ruangannya, Pak Mike benar – benar tipeku, dia tinggi dan tampan, tapi kenapa wajahnya sangat familiar bagiku,
"Pak Mike itu sadis Dania". Kata Kania yang fokus pada layar monitornya. "Muka boyband sikap militer".
Aku tertawa. "Kenapa gitu?".
"Dia itu ya, pembunuh berdarah dingin, semua kerjaan dia bilang urgent, dia selalu minta cepet".
"So creepy". Kataku dengan gaya bicara pura pura ketakutan tapi tetap tertawa.
"Rasain aja nanti".
Aku tertawa sebelum kami akhirnya mulai sibuk dengan kerjaan kami masing - masing, Kania dengan Deadlinenya, Iya Aku belum punya kerjaan apa apa, jadi Aku hanya membolak balik buku tebal yang Pak Mike beri padaku.
Hampir satu jam Aku membolak - balik buku tebal ini, karena Aku merasa jenuh Aku tidak melanjutkannya, Aku lebih baik melihat referensi di internet saja, setidaknya leherku tidak sakit karena banyak menunduk.
***
Akhirnya setelah bosan yang hampir membunuhku jam istirahat datang juga, Aku dan Kania memutuskan untuk makan keluar, karena Kania bilang kantin kantor sangat penuh jika istirahat, Aku percaya saja apa katanya, lagi pula disini temanku hanya dia.
"Dania cerita dong soal kehidupan Lo di Aussie".