Garis Terdepan

Rini Lakmita Dewi
Chapter #6

Lembaran lama

Hari ini Mike tidak menjemputku, karena Ia ada meeting diluar kantor yang berlawanan arah dengan kantorku, sudah 2 minggu seakan menjadi rutinitas Mike untuk menjemput dan mengantarku, hal itu membuatku malas untuk membawa kendaraan sendiri, jadi hari ini Aku memohon pada Zidan untuk mengantarku.

"Pakai jaketnya, udah telat juga". Zidan melempar jaket biru muda nya padaku.

Aku berdecak kesal, Aku benci sekali pakai jaket, tapi Aku tetap menggunakannya, Iya hari ini Zidan mengantarku naik motor, dan dia tidak pernah membiarkanku naik motor dengan pakaian terbuka, meskipun itu hanya kaos berlengan pendek.

"Gue engga mau pake jaket, engga suka Zidan". Rengekku saat memakai helm yang diberikan Zidan padakku.

"Yaudah pakai jas hujan, mau?". Goda Zidan padaku.

"Bodo".

"Pegangan". pinta Zidan saat Aku sudah duduk dimotornya, Ia menarik tanganku dan melingkarkan dipinggangnya, hal itu yang Ia selalu lakukan setiap Aku naik motor dengannya, karena kebiasaan tidurku dikendaraan sudah akut. "biar ngga jatoh".

"Iya Pak Dokter galak". Kataku sambil melingkarkan tanganku dipinggang Zidan. "Lu ngga apa apa ngga pake jaket, kaos Lu juga tipis banget".

"Gerah Gue, gini aja enak. kena angin pagi".

Aku menggangguk.

"Ngebut jangan nih?".

"Ngebut dong".

"Yaudah pegangan yang kenceng".

"Iya".

***

"Jemput ngga nanti?". Tanya Zidan sebari membantuku membuka helm yang super sempit itu.

"Ngga tau, tapi kayanya sama Mike deh Gue".

"Oh sama Miki". Zidan mengangguk. "Gue ada jadwal operasi jam 4 sore, kalo Lu minta jemput takut telat, makannya Gue pastiin dulu".

"Daniaaa".

Kania berjalan kearahku, membuat obrolanku dan Zidan berhenti, Aku dan Zidan menatap Kania bebarengan, tapi tidak lama, karena Zidan juga buru buru untuk sampai dirumah sakit.

"Gue cabut ya Dan, nanti kabarin aja".

Aku menggangguk dan melambaikan tangan pada Zidan.

"Itu siapa?". Tanya Kania yang kini berjalan sejajar denganku.

"Zidan".

"Maksud Gue siapa Lu, your boyfriend?".

Aku menggeleng. "My best Friend".

"Ganteng Dania, kenalin dong ke Gue, Gue single kan".

Aku diam, meski Aku dekat dengan Zidan tapi Aku tidak pernah ikut campur urusan asmaranya, karena memang selama hampir 8 tahun dekat dengannya Ia tidak pernah menceritakan kisah asmaranya, selain itu Aku juga pernah mengenalkan bebeapa teman perempuanku tapi Zidan selalu menolak, jadi itu alasanku tidak mau ikut campur urusan asmaranya.

"Please". rengek Kania padaku, dengan gestur tubuh memohon.

"Gue coba ya, agak susah soalnya dia".

"Dia kerja apa?". Tanya Kania saat kami sudah berada didalam lift.

"Ojek online".

"Serius Dania".

"Iya serius, itu tadi dia nganter Gue".

"Mana mungkin motornya sekeren itu, mukanya seganteng itu".

"Lha kenapa emang? Dia tukang ojek Vip, yang biasa naik itu Luna maya sama Syahrini".

"Ngga lucu Dania".

Aku tertawa melihat ekpresi kesal Kania. Aku malas jika harus menjawab yang sebenarnya, belum nanti Kania akan bertanya banyak hal, dokter spesialis apa, rumah sakit mana dan masih banyak lagi.

***

"Pak Mike ngga ada?". Tanya Kania pada Beni dan Tiara yang sudah datang lebih dulu.

Aku menoleh keruangan Mike dari mejaku, belum ada laptop dimejanya, Mike sepertinya jadi meeting diluar dengan customer seperti yang dia bilang tadi malam saat mengantarku. Aku duduk dikursiku, Aku mengedarkan pandanganku, semua seakan bebas dari sangkarnya, Kania langsung mencatok rambutnya biasanya Ia tidak pernah melakukannya jika ada Mile, Beni juga sibuk dengan game onlinenya, Tiara juga sedang asyik memoles dirinya dicermin.

"Katanya dateng siang, mau meeting". Jawab Beni tetap fokus dengan handphonenya.

"Oh". Kania mengangguk.

Aku mengangkat satu alisku kearah Kania. "Bebas ya?".

"Dunia indah". Bisiknya ditelingaku dengan tangannya yang sibuk menggulung kabel catokan rambutnya.

"Morning".

Tanpa hentakan kaki, Mike tiba tiba datang, suasana ruangan menjadi sunyi senyap seketika. Aku mendengar suara handphone Beni yang terjatuh mungkin karena Ia kaget dengan suara Mike yang tiba - tiba. Tidak ada yang menjawab sapaan Mike karena semua kaget dengan kedatangan Mike yang mereka pikir akan datang lebih siang dari ini, Mereka langsung pura - pura sibuk, padahal Mike hanya menyapa dan langsung masuk keruangannya, Ini benar - benar membuatku ingin tertawa.

"Dania bisa keruangan saya sebentar?". Kata Mike berdiri diambang pintu ruangannya.

Aku mengangguk. "Baik Pak".

kemudian Mike menutup pintu ruangannya.

"Berdoa dulu". Bisik Kania padaku sebelum Aku masuk keruangan Mike.

"Ada apa Pak?". Tanyaku pada Mike saat Aku sudah diruangannya.

"Kebiasaan, duduk dulu". Pintanya padaku untuk duduk dikursi yang ada didepan kursinya.

"kenapa? kangen lagi?". Kataku kali ini dengan percaya diri yang Aku sendiri tidak tahu datang dari mana.

"Bukan". Kata Mike serius. "Saya kayanya sakit Dania". Kata Mike kini menyandarkan badannya dikursinya.

"Sakit gimana?". Aku bingung tak mengerti maksud Mike.

"Saya gemeteran tadi nyetir, kepala saya berat".

Aku bangun dari dudukku dan memberanikan diri menyentuh kening Mike, badannya panas.

Lihat selengkapnya