Garis Terdepan

Rini Lakmita Dewi
Chapter #7

sayang

"Morning guys".

Aku mengerjap mataku menatap pria tinggi dihadapanku ini, bagaimana bisa Mike terlihat sehat padahal kemarin dokter bilang Ia kena typus dan harus istirahat minimal 3 hari, tapi kenapa Ia ada disini sekarang.

Hari ini Mike terlihat lain, rambutnya Ia biarkan turun kebawah tanpa pomade yang biasanya membuatnya terlihat maskulin, Ia juga tidak menggunakan kemeja seperti hari hari biasanya, hari ini Mike menggunakan pakaian hangat dan masih didouble dengan jaket, dibalik kekhawatiranku, Aku sedikit terpesona dengan penampilan Mike hari ini.

"Morning Pak". Jawab Ketiga temanku ini serempak, Aku tidak menjawab hanya menatap Mike dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

Mike masuk keruangannya setelah menyapa kami, Aku merasa tidak tenang melihat itu, Aku akhirnya memilih masuk keruangannya dengan alih alih meminta persetujuan untuk design yang kubuat

“Dan, mau kemana?”. Tanya Kania melihatku membawa beberapa tumpukan kertas, karena kebiasaan kita memang fotocopy bersama, mungkin Kania mengira Aku akan fotocopy

“Keruangan Pak Mike, minta Acc design”.

Kania tidak bicara lagi, Ia hanya menganggukkan kepalanya merespon jawabanku. Aku masuk keruangan Mike tanpa mengetuk pintu seperti biasanya, karena emosiku sudah menumpuk pada pria jangkung itu.

"Kenapa Dania?". Tanya Mike saat Aku masuk keruangannya tanpa mengetuk pintu. "Duduk dulu sini". Pintanya dengan suara yang pelan.

Mike sedang minum obat.

Aku meletakan tumpukan kertas yang kubawa dimeja Mike dengan sedikit sentakan untuk memberi tahu Mike, Aku sedang marah padanya. "Kamu kenapa masuk?".Tanyaku saat Mike sudah menelan semua obatnya, tentu dengan gaya andalanku saat marah, dua tangan yang ku silangkan didepan dadaku.

"Saya mau lihat kamu Dania". Ia memangku wajahnya dengan kedua tangannya dan menatap wajahku dengan jarak cukup dekat, Mike tidak membuka tirai ruangannya, jadi Aku tidak menepis itu, Aku tetap pada posisiku, Aku biarkan jarak kami sedekat ini.

"Aku serius ya.kamu itu lagi sakit". Aku bicara dengan nada yang tidak setinggi sebelumnya, melihat wajah Mike masih pucat Aku tidak tega memarahinya.

"Ciye khawatir ya, saya suka deh dikhawatirin kamu gini". Katanya sambil mencubit hidungku pelan.

Aku menarik nafas dalam. "Mike, Akukan bisa bantu kamu kalo kamu minta bantuan".

"Bantuan ya?". Katanya sambil tersenyum kearahku. "Saya pengen recharge tenaga saya, saya mau dipeluk kamu, bantu saya itu aja".

"Engga lucu Mike".

Mike bangkit dari duduknya dan berjalan kearahku, Mike memelukku secara tiba - tiba itu membuatku cukup kaget. Aku tenggelam didalam dada bidangnya.

"Sebentar aja Dania". Katanya memelukku.

Aku terdiam kaku dalam pelukannya, jantungku berdebar tak karuan, Aku juga dapat merasakan nafas Mike pada ubun - ubunku.

"Cepet sembuh". bisikku.

Mike menggangguk dan melepas pelukannya. "It's true that I love you, Dania". Katanya Mike sambil menatapku sangat lekat, benar benar membuatku hanyut dalam tatapannya.

Tapi ada yang aneh dalam diriku, bibirku terasa kelu untuk menjawab bahwa Aku juga memiliki rasa yang sama dengan Mike, entah Aku tak tahu kenapa.

***

Lihat selengkapnya