Garis Terdepan

Rini Lakmita Dewi
Chapter #8

Anytime

Aku mempercepat langkah kakiku kearah Kania karena Aku ingin mengajaknya sarapan bersama, jika ku lihat Ia sepertinya sudah datang sejak lama, karena rambut panjangnya sudah dicatok. Kania tidak tahu Aku datang, Ia masih fokus dengan film yang Ia tonton di ponselnya. Pandanganku seketika langsung terarah pada helm yang ada disudut meja Kania, helm yang sangat familiar bagiku, itu helm Zidan, helm yang biasa Aku pakai jika Zidan mengantarku, helm yang sengaja Zidan beli saat kami ketilang karena Aku tidak menggunakan helm.

“Eh Dania udah dateng”. Kania melepas headset yang Ia pakai dan menatapku.

Aku mengangguk dan tersenyum kearah Kania. “Tumben dateng pagi”.

“Gue bareng Zidan jadi kepagian Dania”.

“Seneng dong dianter Zidan?”. Godaku pada Kania.

Kania menganggukan dengan senyum mengembang diwajahnya. “I’m so happy, Dania. Zidan itu definisi paket lengkap. Ganteng, tinggi, wangi, pinter lagi, terus dia juga ontime banget engga kaya mantan gue dulu”.

“bukannya udah lama putus Kan, kok masih inget?”.

“Kan Gue putus karena itu ya inget dong Gue”. Kania memutar bola matanya malas. “Zidan juga beliin Gue banyak makanan buat sarapan, ada susu juga, perhatian banget kan dia”.

Padahal denganku Zidan juga begitu, tapi Aku tidak mungkin bilang begitu dengan Kania, Aku tidak ingin merusak moodnya yang sedang jatuh cinta.

“Tadinya Gue mau ajak ke bawah beli sarapan tapi yaudah deh Gue sendiri aja”. Kataku pada Kania sambil menguncir rambutku yang masih berantakan.

“Eh iya lupa Dania, ini ada titipan dari Zidan”. Kania memberikanku plastik putih minimarket yang sama dengan yang ada dimeja Kania.

Aku membuka plastic putih itu, ada 1 kotak susu, 1 sandwich dan 1 cokelat. Ini jumlah yang sangat sedikit, biasanya Zidan memberiku 5 susu kotak, 5 sandwich, 2 roti sobek, 5 cokelat dan masih ada beberapa makanan lagi. Tapi Aku cukup takjub karena Zidan masih ingat denganku padahal Ia sudah punya gebetan baru.

“Yeay jadi gausah beli sarapan kebawah, Thanks ya Kania”.

Kania mengangguk sambil mengacungkan tangannya membentuk huruf Oke.

“Pak Mike masuk engga sih, udah jam 8 lewat belum dateng, Gue mau kasih kerjaan yang dia minta”. Kania berdiri dari duduknya, Ia mendongakan kepalanya menoleh keruangan Mike.

“Gue engga tahu”. Jawabku berbohong, padahal harusnya Mike sudah datang karena tadi kami berangkat bersama tapi seperti biasanya, Aku selalu meminta Mike naik setelah Aku dengan jeda 10 sampai 20 menit tapi kenapa Mike belum juga datang ya.

“Mba Danisa”. Pak Dito menghampiriku dengan membawa minuman kopi ditangannya. “Ini pesenan Mba Danisa”. Ia menyodorkan minuman tersebut padaku.

Aku menerima minuman tersebut. “Dari siapa Pak?”.

“Tadi sih Mba Lita bilang, ini pesenan Mba Danisa, jadi saya anter ke Mba Danisa”. Jawab Pak Dito dengan logat sundanya yang masih kental.

Aku menganggukkan kepalaku tanpa bertanya apapun lagi pada Pak Dito. “Terima kasih Pak”.

“Sama sama Mba Danisa, punten ya saya permisi”.

Aku menggangguk mengiyakan.

“Cielah Dania punya secret admirer”. Goda Kania sambil menyenggol bahuku.

“Bukan, ini emang Gue pesen kopi sama Lita, Gue lupa”. Kilahku berbohong lagi, karena Aku malas harus meladeni Kania.

“Oh gitu, percaya deh Gue”. Kania tersenyum jail kearahku.

Aku hanya membalas Kania dengan senyum, kemudian duduk kembali dikursiku, Aku membuka ponselku berencana menayakan dimana Mike saat ini kenapa dia belum juga naik, padahal sudah jam kerja, tapi sudah ada nama Mike dilayar ponselku.

From : Mike

Dania, selamat menikmati kopinya, have a nice day. Happy working Dania, saya ada meeting dadakan tolong sampaikan pada yang lain. Love you..

Aku mengulum bibirku menahan senyum karena membaca pesan dari Mike. Laki – laki itu benar – benar seperti oppa yang Aku tonton di drama korea, Ia selalu romantic dan pengertian, rasanya bersyukur Aku dipertemukan dengan Mike, meskipun terkadang Ia menyebalkan karena sikap romantisnya itu.

“Pak Mike ada meeting dadakan”. Kataku pada Kania, karena memang hanya ada Aku dan Kania saat ini, Beni dan Tiara sedang kunjungan ke store kami untuk mengatur visual toko.

“Yeay freedom”. Kania berjoget joget dimejanya, Kania si haters garis keras Mike, dia benar – benar sangat senang jika Mike tidak ada meskipun itu hanya satu jam.

***

“Dania, tolong keruangan saya ya, bawa semua dokumen yang saya minta tadi di whatsapp”. Mike berjalan melewati mejaku tanpa berhenti, sepertinya Ia sangat buru – buru.

Aku merapikan semua dokumen yang Mike minta dengan cepat, karena seperti yang Aku lihat Mike sedang sangat buru – buru. Ruangan Mike tidak ditutup dengan rapat, jadi Aku masuk tanpa mengetuk.

“Ada apa Pak?”. Tanyaku saat sudah duduk didepan Mike, Aku memang selalu memanggil Mike dengan formal saat dikantor karena Aku takut ada yang melihat kami jika Aku memanggil Mike hanya dengan nama saja.

“Saya mau minta design untuk fashion show kita akhir pecan ini Dania”. Pinta Mike tanpa menatapku, Ia tetap fokus dengan laptopnya. “soalnya ada revisi durasi waktu, kita harus kurangi beberapa baju kita”.

Aku menyodorkan file yang diminta Mike. “Ini Pak?”.

Mike meraih kertas yang kuberikan. “Saya pinjem dulu ya Dania, nanti saya kembalikan”.

“Baik Pak”.

“Oh iya Dania, ada satu lagi”.

“Iya Pak?”.

Lihat selengkapnya