Hujan turun lagi, sepertinya ini sudah masuk musim hujan. Mike baru saja bilang Ia tidak bisa menjemputku karena Ia harus mengantar Tante Olive berobat ke Malaysia. Mau tidak mau Aku harus naik angkutan umum, karena mobilku dibawa Danisa menginap dirumah temannya. Awalnya Aku sudah menghubungi Zidan tapi Zidan bilang Ia sudah janji menjemput Kania dan Ia juga bawa motor jadi tidak bisa menjemputku. Aku memutuskan untuk memesan taksi online tapi diluar dugaanku, susah sekali pesan taksi online disaat hujan begini, sekalinya dapat Aku dicancel begitu saja karena alasan macet parah didekat rumahku. Aku akhirnya memutuskan jalan sampai depan komplekku untuk mencari ojek pangkalan untuk sampai dihalte terdekat.
Aku menghela nafas, lumayan juga jalan menggunakan payung dan menenteng sepatu begini, belum lagi melidungi tasku agar isinya tidak basah. Hujan tidak terlalu lebat tapi anginnya cukup kencang, itu membuat bajuku sedikit basah. Rasanya Aku ingin tidak masuk kerja hari ini tapi mengingat deadline kerjaanku sudah dekat, Aku dengan berat hati akhirnya menerjang semua ini dan memaksa tetap masuk.
Setelah perjalanan panjang, Aku sampai juga dikantor, Aku bahkan tidak membuka shoes coverku sampai mejaku, tidak hanya itu Aku juga masih memakai mantelku, Aku tidak peduli dengan pandangan orang – orang dilift tadi. Kantor masih cukup sepi padahal jam sudah pukul setengah Sembilan pagi, Kania belum datang, Tiara juga belum datang, hanya Aku dan Beni yang sudah datang. Aku mengeringkan rambutku dengan hair dryer yang sengaja Aku bawa. Jangan Tanya Beni, Ia juga sibuk mengeringkan bajunya yang basah, karena memang Beni berangkat kerja menggunakan motor.
“Gue kuyup”. Suara Kania membuatku langsung menoleh kearahnya, Ia sebelas – dua belas denganku. Ia juga masuk kekantor dengan masih memakai jas hujan, bisa kutebak itu jas hujan Zidan karena Zidan bilang akan mengantar Kania.
“Mana abang ojeknya ngebut lagi”. Gerutu Kania sambil melipat jas hujannya.
“Emang Zidan engga anter Lu Kan?”. Tanyaku sambil membantu Kania menngeluarkan barang – barang Kania dari kantong plastik yang Ia bawa.
Kania menggelengkan kepalanya. “Engga, katanya dia diare”.
Aku menganggukan kepalaku. Kenapa Zidan berbohong padaku?
“Dania, Pak Mike engga ada?”. Tanya Kania padaku karena melihat ruangan Mike kosong.
Aku mengangguk. “Ijin hari ini, anter Ibunya berobat”.
“Ih Dania tahu banyak ya tentang Pak Mike”. Goda Kania padaku.
“Bukan Dania yang tahu banyak tentang Pak Mike, tapi Elu yang engga update, baca group makannya”. Beni menimpali, karena memang Aku tadi meminta Mike untuk memberitahu Anak – anak digroup whatsapp agar mereka tidak curiga tentang hubungan kami.
“Yakan Gue abis kehujanan Ben, buat nafas udara bersih aja susah, gimana ceritanya mau buka whatsapp”. Gerutu Kania pada Beni, memang dua manusia ini tidak bisa akur jika bertemu.
“Eh itu Pak Mike whatsapp dari jam 10 malem ya Kania”. Kata Beni tetap tidak mau kalah.
“Lu tuh engga terima banget sih Beni kalo ngalah dari Gue”. Kata Kania yang kini sudah duduk dimejanya, tapi masih sibuk dengan rambutnya yang lepek.
Aku tidak tahu lagi lanjutan debat mereka, Aku memutuskan untuk ke pantry dan membuat teh hangat agar Aku tidak kedinginan. Kantorku masuh sangat sepi meskipun sudah mau jam 10, jadi kuputuskan untuk bersantai sebentar dipantry sambil menikmati teh hangat yang baru kubuat dan juga sandwich cokelat buatan Ibu.
Aku membuka handphoneku, menyalakan lagu cukup keras dengan menggunakan headset. Aku sedang mengumpulkan mood baikku yang rusak karena kehujanan pagi ini. Rasanya ingin marah tapi tidak tahu marah karena apa. Tidak mungkin Aku marah pada orang yang tadi menyipratiku air becekan dijalan karena Ia mengebut, Marah pada driver ojek yang mengcancelku berkali – kali, Marah pada supir busway karena busway penuh dan Aku harus menunggu lama, Marah pada Danisa yang membawa mobil menginap dirumah temannya, atau pada Zidan yang berbohong karena tidak mengantarku. Aku tidak marah pada mereka semua, Aku hanya kesal karena merasa pagi ini terlalu sibuk dan membuat semua menjadi sangat ribet dan membuatku ribut dengan diriku sendiri.
Bicara Zidan, Aku teringat kenapa Ia berbohong padaku dengan bilang mengantar Kania, padahal Aku tidak masalah jika Zidan bilang Ia malas mengantarku karena hujan atau sedang bekerja. Dari pada sibuk dengan pikiran sendiri, Aku akhirnya memilih untuk menanyakan langsung hal itu pada Zidan, karena otakku sangat kotor jika membuat kesimpulan, semua orang bisa buruk didalam pikiranku.
From Dania
Zidan kata Kania, Lu diare?
Hampir 10 menit, Akhirnya Zidan membalas pesanku, itupun saat Aku sudah tidak dipantry, jika Aku masih dipantry Aku akan menelpon Zidan dan memakinya.
From Zidan
Gue engga anter Lu, ya Gue juga engga anter Kania. Lu berdua sama – sama temen Gue harus adil. Latihan punya istri dua
Dengan emosi yang menggebu, Aku memilih tidak membalas pesan dari Zidan.
From Zidan
Gue ada kirim jaket, bentaran juga sampe. Sama makanan, makanannya bagi bagi ke yang lain, jaketnya jangan soalnya cuma satu, sorry banget tadi gue engga bisa anter