Hari ini, Aku kembali bekerja setelah bed rest selama 3 hari sesuai anjuran dokter karena penyakit anemiaku kumat. Meskipun hanya anemia tapi Aku merasa Aku perlu istirahat, lebih tepatnya untuk merendam emosiku kemarin dan menghindari Mike karena sikap Zidan padanya kemarin, jujur Aku sangat malu bertemu Mike.
"Dania". Tiara menyambutku dengan memelukku, Kania dan Beni menatapku. "Udah sehat?".
Aku mengangguk dan duduk ditempatku, Tiara juga kembali kemejanya.
"Hai Kania". Sapaku padanya yang sepertinya sibuk dikejar deadline.
Kania tidak menjawabku, Ia hanya menyunggingkan senyum tipis dibibirnya dan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan mejanya dengan tumpukan kertas ditangannya. Aku merasa, Kania sangat menghindariku, mungkin karena Zidan memarahi Mike karena Aku, Kania cemburu.
"Tiara". Aku memanggil Tiara dari mejaku. "Kania kenapa? dimarahin Pak Mike?". Tanyaku pura – pura tidak tahu.
“Ngopi yuk, ngantuk”. Tiara berdiri dari duduknya dan mengisyaratkanku untuk mengikutinya, mungkin ada yang Tiara ingin bicarakan denganku tanpa didengar oleh siapapun.
"Si Kania cemburu sama Lu". Kata Tiara membuka obrolan saat kami sudah berada didalam lift, karena memang hanya ada kami berdua.
"Kenapa gitu?". Tanyaku menatap Tiara, benar dugaanku.
"Si adan cowok pdktannya, cium Lu didepan umum". Tiara menatapku tapi kali ini Ia menggunakan gestur tubuh, Ia memangku menangkup kedua pipinya dengan tangannya. “so sweet”.
"Zidan?". Aku memastikan siapa yang dimaksud Tiara, mungkin maksud Tiara Adan itu Zidan.
Ting…
Lift terbuka.
"Ah iya itu maksud Gue".
"Cium Gue gimana sih?". Tanyak berbisik ditelinga Tiara, Aku tidak ingin ada yang mendengar obrolan kami, apalagi kalo Kania yang dengar, Aku tidak enak.
"Mba americano satu". Kata Tiara pada barista kopi yang ada dilobby kantor. "Lu mau apa?". Tanyanya padaku.
Aku melihat menu yang terpasang dibelakan kasir. "Espresso deh mba satunya".
"Jadi ya, Kemarin waktu Lu pingsan semua histeris Pak Mike khawatir dan mau gendong Lu, tapi si Zidan tiba tiba dateng gatau dari arah mana, Dia kasih Lu nafas buatan sampai Lu bisa stabil dan Dia langsung gendong Lu lari ke ruang perawatan".
Aku memicingkan mataku tidak percaya. “Gimana?”.
“Kiss”. Tiara meragakan dengan menggunakan kedua tangannya.
“Are you kidding Me?”. Tanyaku sekali lagi pada Tiara.
Tiara menggelengkan kepalanya.”Gue ngga bohong, Dania. Tanya aja sama Beni, dia juga ada disana”.
Aku menarik nafas dalam, Aku benar benar tidak tahu harus bicara apa, Aku juga tidak tahu bagaimana menghadapi Mike dan Kania setelah kejadian hari itu, Mike juga tidak mengirim pesan atau menelponku, datang menjenggukku juga tidak, Mike seperti menghindariku.
“Kania ada disitu?”.
“Ada, tapi Dia langsung pulang waktu Zidan cium Lu”. Jelas Tiara dengan suara pelan. "Sumpah Dania, itu bener bener kaya didrama korea". Sambung Tiara.
Jadi itu alasan Kania marah padaku, mungkin karena hal itu Mike juga tidak menghubungiku. Sama halnya dengan Kania, Mike pasti akan salah mengartikan hubunganku dengan Zidan, Aku perlu bicara dengan Mike dan menjelaskan semuanya, begitu pula dengan Kania.
***
"Kania". Aku memberanikan diri memanggil Kania, karena jujur saja amat canggung jika kami harus diam diaman karena kami duduk bersebelahan.
Kania menoleh. “Kenapa?”.