Garis Waktu yang Terulang

Dimas Adiputra
Chapter #2

#2. Akhir Sebuah Awalan (1)

Keesokan harinya.

Sebuah bunyi gebrakan yang teramat kencang membangunkan Edwin. Bunyi itu bukan berasal dari dekat sini. Setidaknya tidak berasal dari ruangan ini.

Hanya ada dirinya saja di ruangan. Ia terkapar di lantai beralaskan tanah. Sekelilingnya hanya ada dinding anyaman bambu. Tidak besar ruangannya. Satu-satunya perabotan hanyalah sebuah meja, tanpa ada kursi pendampingnya. Sementara jalan keluar satu-satunya dari ruangan ini ada di depan, tertutup tirai kain. Dari balik tirai kain inilah suara tadi berasal.

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, dia mencoba mendengarkan suara di balik ruangan. Kedua telinganya berdenging, namun sayup-sayup masih terdengar apa yang mereka lakukan. Dia hanya mendengar satu suara, suara yang sangat mendominasi, bahkan penuh amarah.

GUOBLOOOK!!” kata itu terus diucapkan. Berkali-kali.

“Bagaimana kerja kalian?” katanya lagi. Edwin berkonsentrasi mendengarkan. Matanya dipejamkan dengan harapan telinganya dapat menangkap percakapan dengan lebih baik.

Edwin mulai bisa menguping pembicaraan mereka. Orang yang dari tadi berbicara itu sepertinya seorang aparat keamanan. Suaranya besar dan tegas. Sesekali terdengar ‘tak! tak! tak!’, orang itu membawa tongkat yang dipukul-pukulkan ke meja.

Orang-orang yang dimarahinya belum mengeluarkan bunyi. Dari perkataan orang itu, sepertinya lawan bicaranya bukan hanya seorang saja. Mereka adalah sekumpulan orang sipil yang dibayar. Edwin jelas mendengar orang itu berkata, ‘Percuma kami membentuk organisasi kalian, membiayai organisasi kalian, memberikan keleluasaan mengambil kekerasan tanpa diadili, tapi hasilnya mengecewakan’.

Lihat selengkapnya