Gas Air Mata di Stadion Kancaliga

Zahra Calistta
Chapter #1

Panik

Bab 1


Farhana dan juga Adit sudah duduk berdampingan di Stadion Kancaliga untuk menyaksikan pertandingan tim kesayangan mereka. 


"Ini minuman dan potato nya." Adit memberikan minuman dan snack pada Farhana dan juga pada keponakan Farhana. 


Farhana menerima sambil tersenyum. 


"Terima kasih Om Adit."


"Sama-sama." Adit menjawab ucapan terima kasih dari keponakan Farhana sambil tersenyum lalu kemudian mereka kembali berkonsentrasi pada pertandingan yang sedang berjalan.


Setiap kali tim Aresda bertanding melawan tim Parselona selalu saja ramai penonton yang datang.


"Gooooolllll. ."

Teriakan itu terdengar kencang nyaring diiringi dengan pekik bahagia beberapa orang yang memang mendukung tim Aresda. 


"Gol gol gol."


Mereka bersorak-sorai termasuk juga Farhana. 

Sementara Adit hanya bertepuk tangan di samping Farhana sambil sesekali matanya melihat calon istrinya yang begitu bahagia. 


Itu adalah gol kemenangan bagi tim Aresda. 

Sontak saja hal tersebut membuat bahagia para pendukung mereka. 


"Hore. . . Hore. ."


"Hebattt!!"


"Tim Aresda sekarang menjadi kuat sejak kehadiran Leonard di tim ini."


"Iya permainannya keren sekali!"


"Mereka benar-benar terbantai dengan permainan tim Aresda. Bangganya aku bisa menyaksikan pertandingan ini!"

Beberapa orang berbicara sementara Farhana dan keponakannya masih juga berjingkrak-jingkrak merayakan kemenangan dari tim kesayangan mereka.


Pertandingan sepak bola memang masih menjadi idola. 

Beberapa orang sampai sengaja meluangkan waktunya meskipun dia sangat sibuk hanya demi menyaksikan pertandingan sepak bola apalagi jika pertandingan sepak bola itu pemainnya adalah tim kesayangan mereka.


Penonton berteriak bahagia menyambut kemenangan Tim Aresda Mereka tampak begitu bangga. 

Dan yang lebih membahagiakan lagi mereka hanya bersorak-sorai tanpa ada lemparan-lemparan botol air mineral seperti pertandingan-pertandingan lain. 

Pertandingan kali ini memang sudah disiapkan sedemikian rupa.

Peringatan-peringatan agar tidak ada tindakan-tindakan anarkis pun sudah disuarakan jauh-jauh hari. 

Dan untungnya hari itu memang tidak ada tindakan anarki.


"Cresss. ."


"Cress. ."


"Cress. ."


Diantara suara sorak-sorak yang masih membahana itu tiba-tiba saja ada sekelompok orang berseragam menyemprotkan sesuatu ke arah penonton. 


"Hei, apa ini?"


Mereka semua panik mereka berpikir itu adalah semprotan air sebagai ungkapan kebahagiaan. 


"Hei, apa ini?"


"Ini bukan air!" Seorang penonton berteriak sambil mengusap wajahnya. 

Matanya terasa perih. 


"Ini jelas bukan air!"


"Lalu apa?"


Pertanyaan-pertanyaan muncul karena mata mereka jelas sangat pedih. 


"Buset! Ini gas air mata Bro!"


Lihat selengkapnya