Gas Air Mata di Stadion Kancaliga

Zahra Calistta
Chapter #3

Tanya Tanpa Jawab

Bab 3


Malam semakin larut kesunyian jelas terasa, entah di mana suara teriakan tolong-tolong tadi.


Pukul 02.00 dini hari tidak ada satu orang pun di sana.

Tidak ada jerit tangis, yang ada hanyalah suara sirine ambulance yang bersahut-sahutan sepertinya dari luar stadion.


"Sebaiknya kita keluar!" Adit berbicara kepada Pradipta dan tanpa meminta persetujuan dari Pradipta, Adit menggendong anak laki-laki kecil itu.


Usia Pradipta mungkin belum genap 10 tahun tetapi dia harus menyaksikan pemandangan seperti hari ini.


Adit berjalan perlahan-lahan pintu keluar terbuka sangat kecil.

Sunyi, benar-benar sunyi, hanya ada beberapa orang yang lalu lalang.

Sampai di tangga Adit begitu terkejut melihat begitu banyak mayat berserakan.


Mungkin karena mereka terinjak-injak.

Ya, pasti mereka terinjak-injak.

Sebab dari tadi pasti banyak orang yang berdesakan ingin menyelamatkan dirinya dan ingin keluar dari pintu stadion.


"Om, kenapa orang-orang itu tidur di lantai?"

Pradipta bertanya sambil memeluk erat tubuh Adit.


Kini ganti Adit yang menenggelamkan kepala Pradipta pada bahunya.

Anak laki-laki kecil itu tidak boleh tahu tentang apa yang terjadi hari ini.

Karena jika dia mengetahuinya dan pribadinya tidak siap menerima itu dia pasti akan dilanda trauma.


Adit berjalan dengan penuh kehati-hatian.

Adit khawatir kakinya menginjak orang-orang yang berserakan.


"Hap."


Tibalah kaki kanannya menyentuh trotoar.


Benar saja di luar banyak sekali ambulans dan petugas-petugas kesehatan yang berlalu lalang mengangkut mayat yang berserakan.


"Ada apa ini?"


"Bukankah tadi aku menyaksikan pertandingan bola?"


"Lalu apa hubungannya pertandingan bola dengan gas air mata dan mayat-mayat yang berserakan?"


Dada Adit terasa sesak, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana saat ini.

Adit ingin bertanya tapi tidak tahu kepada siapa.


Adit menoleh ke kanan dan ke kiri, dia mencari Farhana dan juga keponakannya tapi tidak juga ditemukan.


"Bukankah di stadion ini ada banyak pintu tapi kenapa hanya satu pintu ini yang dibuka? Sementara orang-orang sudah begitu panik?"


"Panitia?"


"Panitia di mana?"


"Apakah panitia dan petugas sudah pulang sebelum pertandingan bola usai sehingga mereka tidak ikut menyaksikan semprotan-semprotan gas air mata yang diarahkan pada penonton? Apakah panitia dan petugas sudah pulang sebelum pertandingan bola usai sehingga mereka tidak ikut menyaksikan orang yang berdesakan mencari jalan keluar?"


"Jika mereka masih ada di sini, harusnya mereka tahu bahwa kondisi ini harus diselesaikan agar tidak ada mayat bergelimpangan?"


Lihat selengkapnya