Gas Air Mata di Stadion Kancaliga

Zahra Calistta
Chapter #4

Terkejut

Bab 4


Di sepanjang perjalanan Adit terus berpikir tentang Farhana, Adit membayangkan tawanya senyumnya, keceriaannya, lonjakan-lonjakan kebahagiaan yang ia tampilkan saat menonton pertandingan bola tadi.


"Jika terjadi apa-apa dengan Farhana bagaimana?"


Entah mengapa tiba-tiba saja Adit memikirkan hal yang buruk.


"Apa jadinya aku jika harus kehilangan dia saat ini?"


"Pernikahan kami hampir saja digelar tetapi kenapa harus ada tragedi ini? Ah aku harus segera tiba di rumah untuk memastikan kondisi Farhana baik-baik saja."


Setelah mengucapkan kalimat tersebut Adit sedikit menaikkan laju mobilnya.

Adit ingin sampai di rumah.

Rumah milik keluarga Farhana.


Rumah asri dan indah itu terletak di pinggir jalan raya.

Di rumah itu sedang ramai orang.

Sepertinya ada banyak warga sekitar yang datang. Dada Adit berdegup kencang.


"Apa yang terjadi dengan Farhana Apakah dia baik-baik saja? Atau mungkin sesuatu yang buruk sedang terjadi sehingga membuat beberapa tetangga datang. Ya Tuhan kenapa aku mendadak begitu takut?"


"Brak!"


Adit turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan kasar.


Dia melangkahkan kakinya menuju ke rumah Farhana.


Tiba-tiba seseorang berteriak memanggil namanya.


"Mas Adit!"


Mendengar teriakan tersebut bukan hanya Adit yang menoleh tapi beberapa warga juga melihat ke arah Adit.


"Itu Mas Adit datang!"


Gadis muda itu menunjuk ke arah Adit yang masih berjalan menuju ke rumah Farhana.


Dan langkah kakinya terhenti.

Atau tidak sanggup meneruskan langkah kakinya menuju ke dalam rumah.

Dia melihat sebuah bendera putih dengan tanda plus berwarna hijau.

Bendera yang dipasang di samping rumah itu menandakan bahwa ada yang meninggal di dalam rumah tersebut.


Adit tidak bisa lagi membahasakan gelisah nya.

Dadanya sesak, nafasnya tersengal-sengal.


Harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja mendadak sirna.


Ayah dan ibu Farhana mendatangi Adit yang masih terpaku di beranda rumah.


Mata mereka bertatapan tapi bibir mereka terkunci, tidak ada kata-kata yang keluar, begitu juga dengan warga sekitar semuanya diam.

Lihat selengkapnya