Gas Air Mata di Stadion Kancaliga

Zahra Calistta
Chapter #5

Tamu Tengah Malam

Makam Farhana masih basah, baru dua hari Farhana meninggal dunia. 


"Sarapan dulu, Dit!" Suara Ibunda Farhana memecah keheningan. 

Sementara Mama Adit masih terbaring di ranjang sepertinya perempuan berusia 53 tahun itu sangat kelelahan. 


"Nanti akan saya makan, Bu." Adit menjawab sambil sekilas menatap mata Ibunda Farhana. 

Mata itu masih memerah, tangisnya belum juga reda masih sambung menyambung dari satu sajadah ke sajadah yang lain. 


Ibu mana yang rela kehilangan anaknya terlebih dengan cara yang tidak wajar. 


"Jangan nanti-nanti terus! Kamu sejak semalam belum makan. Kita semua bersedih atas kematian Farhana tetapi kita tetap harus melanjutkan kehidupan." Ibunda Farhana mencoba menguatkan Adit.


Ibu memang adalah seorang pembohong paling hebat. Bukan pembohong dalam konotasi negatif tetapi ibu seringkali berbohong demi membuat keluarganya tetap baik-baik saja. 


Ibunda Farhana mengajarkan tentang kekuatan demi melanjutkan kehidupan. Ibunda Farhana menyuruh Adit makan agar Adit tidak sakit padahal sejatinya Ibunda Farhana juga belum makan nasi sama sekali.


Adit hanya mengangguk. 


Kemudian dia sibuk dengan ponselnya. 


Berita-berita di akun media sosial masih menyiarkan tentang kejadian tragis di Stadion Kancaliga. Ada banyak sekali korban bergelimpangan. Nyawa nyawa itu sepertinya tidak berharga. Tetapi siapa yang bisa protes. Kejadian yang terjadi begitu tiba-tiba. 


Adit mencoba memahami potongan-potongan video yang dibagikan di media sosial, hatinya bergemuruh saat melihat tumpukan orang berjajar di tangga menuju pintu keluar. 


Adit tidak mendapati wajah Farhana di sana meskipun dia ingin mendapati wajah itu. Tapi sayang, nihil dan kosong. 


Tampak Ayahanda Farhana melintas.


"Kabarnya panitia akan mendatangi keluarga korban dan memberikan santunan. Apakah kita termasuk di dalam daftar? Bukankah anak kita juga menjadi korban?" Laki-laki itu berbicara sambil matanya menatap ke arah televisi yang masih menyiarkan berita yang sama. 


Berita kejadian tragis di Stadion Kancaliga mendadak menjadi berita paling top di semua media.


"Kalaupun mereka datang ke sini untuk memberikan santunan, aku tidak akan menerimanya!"


"Aku tidak akan memaafkan orang-orang yang terlibat dalam kejadian ini!"


"Farhana itu anak kita satu-satunya! Setelah kematiannya, aku tidak mau ada orang yang datang untuk memberikan apapun! Meski dengan dalih kemanusiaan!" Ibunda Farhana berbicara, kalimatnya keluar dengan mata yang berkaca-kaca. Ada luka yang menyembul di antara kalimat-kalimatnya tersebut. 


Ayahanda Farhana bahkan tidak berani menjawab kalimat yang diucapkan oleh istrinya. 


"Dik Nanik benar! Sebaiknya tidak usah diterima santunan dari mereka! Itu sebagai bukti bahwa kita selaku keluarga korban tidak sepakat dengan kejadian ini!" Mama Adit berdiri di belakang Ibunda Farhana yang dipanggil Dik Nanik.

Mama Adit bukannya menenangkan suasana tapi justru membakar rasa sakit yang ada di dalam hati Ibunda Farhana. 


"Benar Mbak, dengan kita menerima uang santunan itu berarti kita ingin mengabarkan kepada semua orang bahwa kita sepakat, bahwa kita memberikan maaf atas kejadian ini. Aku tidak akan pernah memberikan maaf! Apapun caci maki yang diarahkan kepadaku aku tetap tidak akan memaafkan mereka!" Ibunda Farhana menimpali kalimat Mama Adit. 


"Kejadian yang sudah terjadi, biarkan Farhana tenang di alam sana. Tidak perlu menabur kebencian! Ini semua adalah sebuah kecelakaan." Ayahanda Farhana berbicara. Kalimat yang diucapkan oleh Ayahanda Farhana itu membuat Ibunda Farhana melotot.


"Kecelakaan? Kecelakaan apa?!? Ini sebuah keteledoran yang tidak bisa dimaafkan! Sebuah perhelatan besar pasti ada panitianya kan? Dan pasti jumlahnya juga tidak sedikit, segala hal-hal buruk pasti sudah diantisipasi, lalu jika sampai terjadi seperti ini itu berarti murni keteledoran atau mungkin kesengajaan?!" Suara Ibunda Farhana menggelegar! 

Membuat Adit dan kedua orang tuanya menunduk. 


Adit memahami apa yang dirasakan oleh Ibunda Farhana 


Lihat selengkapnya