Gasing Bambu

bomo wicaksono
Chapter #2

Bab 1. Delayota

Juli, 1980 ....

Semilir angin yang berembus pelan menyapu kabut tipis di atas cakrawala Kota Jogja. Udara sejuk dan hangatnya sinar mentari pagi menerobos pepohonan tepi jalan menyapa dua orang cowok berseragam putih abu-abu yang sedang mengayuh sepedanya. Tak lama kemudian mereka telah melewati sebuah gapura gerbang utama SMA Delayota di bagian timur Kota Jogja. Kedua cowok itu masuk lewat pintu samping halaman belakang sekolahnya dan langsung menuju tempat parkir sepeda. Dua sepeda temannya telah terparkir di sana.

"Mas Arya ... Mas Anton, ditunggu Mas Bas dan Mas Yuda di kantin." Pak Harno, penjaga sekolah yang sedang menyapu di halaman parkir menyapa kedua cowok tersebut.

"Baik, Pak," jawab Arya.

Arya, cowok bertubuh tinggi tegap berwajah cukup ganteng dengan potongan rambut lurus itu menoleh. Dia terlihat dewasa dengan seragamnya itu. Meskipun baru duduk di bangku kelas dua semester pertama di salah satu sekolah unggulan di Kota Jogja ini.

"Ayo, Ton, kita ke kantin dulu. Masih cukup waktu sebelum bel tanda masuk berbunyi," ajak Arya pada Anton. Mereka segera bergegas menuju kantin yang terletak di pojok halaman belakang sekolahnya bersebelahan dengan lapangan basket.

"Wah, tumben nih, pagi-pagi sudah pada ngumpul di sini. Kalian sudah naik kelas tiga nggak boleh santai kaya gini. Jangan seperti kami yang baru naik kelas dua. Kelas paling santai, iya nggak, Ton?" sapa Arya pada kedua temannya ketika tiba di kantin. Anton hanya tersenyum mendengar candaan Arya.

"Iya, Ar. Kumpul joksin, joko sinting ... he he he. Mumpung masih semester awal, belum banyak ulangan," sahut Baskoro.

"Sebenarnya ada yang ingin kita bicarakan sebentar pada kalian," kata Yuda.

"Tentang ekstrakurikuler kita?" tanya Anton.

"Sebentar aku tebak. Pasti masalah Genk Butterfly!" sela Arya diikuti anggukan kepala kedua temannya.

"Iya, benar, tentang ekstrakurikuler kita. Dan ada hubungannya juga dengan kelakuan anak-anak Genk Butterfly yang semakin meresahkan masyarakat Kota Jogja ini," jawab Yuda.

"Memang sih semenjak kita SMP anak-anak genk itu selalu bikin perkara terus," sahut Arya.

"Sepertinya Kota Jogja ini kepunyaan moyang mereka saja sehingga dengan seenaknya membuat keributan dan membuat takut masyarakat yang sedang bepergian," kata Anton.

"Sebenarnya banyak siswa sekolah lain yang juga terlibat masalah genk anak muda ini. Bukan hanya dari Genk Butterfly saja. Banyak genk lain yang juga sering membuat keributan," sela Baskoro.

"Tapi hanya Genk Butterfly yang paling disegani dan banyak diikuti oleh anak-anak muda di Kota Jogja ini," potong Yuda.

"Kabarnya, pemimpin Genk Butterfly pandai berkelahi karena menguasai beberapa aliran ilmu silat," kata Arya.

"Dan juga ilmu kebal Lembu Sekilan karena dulunya dia seorang gali)*," tambah Anton.

"Itu mungkin yang menjadi daya tarik Genk Butterfly hingga mempunyai banyak pengikut," kata Baskoro.

"Sebenarnya sih, sudah ada tindakan dari pihak berwajib, tapi kayaknya belum bisa tuntas. Mereka masih sering bikin ulah di jalanan," kata Yuda.

Lihat selengkapnya