Terjadi insiden kecil di sudut arena Sekaten yang lain. Seorang ibu terjatuh di antara kerumunan orang di sana. Kemudian terlihat dua orang bocah sebaya berlari dari kerumunan tersebut menuju ke arah Tono.
Ada apa itu? Jangan-jangan dia pencopet! Tono menduga. Dan dengan cepat kedua bocah itu lari melewati Tono.
Uppss ...!!!
Untung saja Tono berhasil menghindar dengan mundur sedikit ke belakang. Mereka lari tanpa memperhatikan suasana jalan sekitarnya. Tetapi ....
Bruukk ...!!!
Salah seorang bocah itu menubruk Sono yang baru saja melangkah meninggalkan penjual gasing bambu. Sono terdorong beberapa langkah. Tetapi dengan sigap dia bisa mengatur langkah dan menguasai keseimbangan tubuhnya. Sono tidak jadi terjatuh. Tetapi tidak dengan bocah itu. Bocah yang berperawakan sebesar Sono dan berambut gondrong itu terdorong lebih keras ke belakang beberapa langkah. Dia tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya dan jatuh terduduk di tanah. Ada yang terlepas dari genggaman tangan bocah itu.
Dompet ...! Ya, dompet! Cepat-cepat bocah itu berdiri dan mengambil kembali dompet yang terjatuh tadi. Kemudian dimasukkannya dompet itu ke dalam kantong saku celananya. Benar kecurigaan Tono setelah menyaksikan kejadian itu. Kedua bocah itu telah mencopet dompet ibu yang terjatuh di kerumunan sana.
"Hati-hati kalau jalan!" seru Sono. Dia menatap tajam pada seorang bocah yang baru saja menabraknya. Segera bocah itu berdiri dan berjalan mendekati Sono. Dengan berkacak pinggang bocah itu menatap Sono dengan wajah marah.
"Apa katamu?!" bentak sang bocah.
"Hei ... kamu lagi!" seru Sono begitu mengenali wajah bocah itu. Bocah itu yang telah membuatnya emosi tingkat dewa karena pernah menabrak sepedanya di perempatan air mancur. Bocah itu pun terkejut.
"Diam kau!" bentak bocah itu lagi, "jangan campuri urusanku!" Dan tanpa alasan apa pun, tiba-tiba dia melayangkan pukulan ke arah wajah Sono.
"Hei ada apa ini? Kau yang salah, malah kau yang mulai memukulku!" kata Sono keheranan. Sono sedikit menarik tubuhnya ke belakang. Tangan kirinya menangkis pukulan itu dan membalasnya.
Buukk ...!!!
Pukulan tangan kosong Sono tepat mengenai perut bocah itu. Bocah itu terdorong ke belakang dan terjatuh lagi. Dengan sigap temannya, yang bertubuh sedikit lebih pendek dan kurus itu datang membantunya berdiri.
"Mau cari masalah denganku? Kamu akan rasakan akibatnya!" ancam bocah berambut gondrong.
Mereka berdua kemudian bergerak maju menyerang Sono bersama-sama. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi dilayangkan oleh kedua bocah itu tetapi berhasil ditangkis oleh Sono. Sono berusaha mengatasi serangan demi serangan lawannya dengan ilmu bela diri yang diajarkan oleh kakeknya.
Sono sedikit berada di atas angin. Sesekali pukulan dan tendangan Sono mengenai muka dan perut lawannya walau belum bisa menjatuhkannya. Sono begitu lincah meliuk-liukkan tubuhnya menghindari pukulan dan tendangan kedua bocah itu sambil menangkis dan membalasnya kembali.