Gasing Bambu

bomo wicaksono
Chapter #10

Bab 9. Urusan Belum Selesai

Bocah bertubuh kerempeng berlari cepat kemudian meloncat sambil mengarahkan tendangan kakinya ke Sono. Sono mundur beberapa langkah untuk menghindarinya. Serangan itu disusul dengan pukulan bertubi-tubi ke arah wajah dan perut Sono. Sono berhasil menangkis dan membalasnya dengan sebuah tendangan depan kaki kanannya.

Duaakk ...!!! 

Tendangan itu tepat mengenai dadanya dan bocah bertubuh kerempeng itu terhuyung-huyung ke belakang. Sementara itu Tono mendapat serangan sebuah tendangan samping ke arah kepalanya dari bocah berambut gondrong. Tono memutar pinggangnya ke kanan condong ke bawah sementara tangan kirinya menangkis serangan itu.

Tetapi sebuah serangan pukulan tangan kiri tiba-tiba melayang ke arah dagunya. Segera Tono menarik kaki kirinya jauh ke belakang menghindari pukulan itu dan membentuk posisi kuda-kuda bawah. Kedua tangannya berhasil menangkap tangan bocah itu dan dengan cepat menariknya. 

Kemudian dengan separuh tenaga Tono mendorong tubuh bocah berambut gondrong itu ke depan. Sang bocah pun jatuh terjerembab ke tanah. Tapi kedua bocah genk itu tidak jera bahkan bersiap lagi untuk serangan berikutnya. Pukulan dan tendangan mereka lancarkan bertubi-tubi, tapi dapat dimentahkan dengan mudah oleh Sono dan Tono.

Frustrasi ...!!! 

Mungkin itu yang dirasakan oleh kedua bocah Genk Butterfly. Mereka merasa gengsinya jatuh jika tidak bisa mengalahkan lawan mereka. Akhirnya dengan emosi memuncak mereka berdua mencabut senjata tajam dari balik bajunya. Mereka berhenti sejenak. Sono dan Tono terkejut melihat kenekatan bocah Genk Butterfly tersebut. Pertarungan itu semakin menegangkan.

Keributan ini benar-benar memancing pengunjung Sekaten untuk melihatnya. Ada sebagian pengunjung yang mencoba untuk menghentikan perkelahian itu. Tetapi begitu kedua bocah genk mencabut senjata tajam, mereka mengurungkannya dan tidak berani mendekat. Mereka khawatir terjadi apa-apa pada kedua lawannya. 

"Apa boleh buat, Son. Kita jatuhkan mereka! Usahakan sekali pukul dan jangan terlalu melukai mereka," kata Tono mengambil inisiatif.

"Oke, baik. Aku siap!" Semangat Sono berapi-api begitu Tono menyetujui untuk menjatuhkan lawan.

Kedua bocah genk itu kemudian menyerang Sono dan Tono menggunakan senjata tajamnya. Sabetan dan tusukan belati itu berkali-kali berkelebat mengarah ke tubuh Sono dan Tono. Dengan penuh perhitungan mereka mencoba menghindar dari serangan tersebut dan sesekali melancarkan serangan balasan. Serangan senjata tajam beradu dengan tendangan dan pukulan tangan kosong. Meskipun masih usia remaja SMP, tapi kedua sahabat ini menunjukkan kemampuan bela dirinya.

Kembali bocah genk berambut gondrong menyerang Tono. Dia terlihat mengayunkan senjatanya ke arah dada Tono. Tono menangkis keras serangan itu dengan tangan kirinya hingga senjata sang bocah terpental ke udara. Secepat kilat Tono melancarkan serangan balik dengan sebuah pukulan .

Duaakk ...!!!

Pukulan itu tepat mengenai dagu bocah berambut gondrong. Dia terhuyung ke belakang dan tersungkur ke tanah. Sementara itu Sono mendapat serangan senjata tajam ke arah perutnya dari bocah genk bertubuh kerempeng.

Plaakk ...!!!

Sono berhasil menangkap tangan bocah itu. Dia mengangkat dan memelintirnya hingga senjata itu terlepas jatuh ke tanah. Dengan masih memegang tangan bocah itu Sono segera membalas dengan tendangan ke arah perut.

Buukk ...!!!

Bocah genk bertubuh kerempeng itu terpental dan jatuh terduduk di tanah juga. Akhirnya kedua bocah genk itu tersungkur semua ke tanah untuk beberapa lama karena merasakan sakit pada bagian tubuhnya. Pertarungan pun berhenti. Setelah itu pengunjung Sekaten baru berani mendekat dan memisahkan mereka. Tak lama kemudian datang juga seorang ibu dan anak gadisnya bersama petugas keamanan Sekaten.

Lihat selengkapnya