Gasing Bambu

bomo wicaksono
Chapter #11

Bab 10. Perkenalan Singkat

"Namaku Putri, Kak," kata gadis manis kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

Sono yang terkenal pemberani menjadi tak berkutik dihadapan gadis itu. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk sekedar mengatakan namanya. Sono hanya tertegun sambil menatap terus ke arah Putri.

Putri juga merasakan hal yang sama dengan Sono. Hatinya merasa berdebar-debar juga ketika berhadapan dengan Sono. Dipandanginya Sono yang berdiri di hadapannya itu. Tapi hanya samar-samar dia melihat wajah cowok ganteng itu. Sementara itu Sono tidak juga segera menyambut uluran tangan Putri.

"Ya, udah, Kak. Tidak apa-apa jika Kakak tidak mau kenalan denganku. Aku mau pulang. Terimakasih sudah menolong ibuku," kata Putri dengan nada datar dan menurunkan tangannya kembali.

Sejenak mereka saling diam dan suasananya menjadi canggung. Putri kemudian membalikkan badan berniat untuk meninggalkan Sono. Tapi segera diurungkan ketika telinganya mendengar namanya disebut.

"Putri ...!" panggil Sono.

Putri pun tersenyum dan membalikkan badannya lagi. Dilihatnya Sono telah menjulurkan salah satu tangan dengan satu gasing bambu dalam genggamannya.

"Namaku Sono. Gasing bambu ini ... satu untukmu, Simpan baik-baik, ya," kata Sono lagi. Dia sendiri tidak menyangka bisa melakukan itu pada seorang gadis yang baru dikenalnya. Ada getar-getar aneh dalam denyut nadinya. Dadanya pun serasa bergemuruh. Seolah-olah seluruh alveoli)* dalam paru-parunya bersorak-sorak memberi semangat kepada Sono.

Di bawah temaramnya cahaya lampu merkuri di Alun-alun Utara, sepasang remaja yang belum genap lima belas tahun usianya itu sejenak saling melepas rasa. Mereka beradu pandang seolah tidak ingin melepaskannya. Sono ingin mengungkapkan isi hatinya. Tapi dia hanya bisa diam ditempat. Perasaannya tak menentu. Mulutnya pun seolah terkunci, tak sepatah kata pun terucap. 

Aduh, kenapa aku ini? Perasaanku tidak menentu. Apakah aku menyukainya? tanya Sono dalam hati.

Dengan dada berdebar keras, Sono berharap-harap cemas agar Putri tidak menolak pemberiannya. Dengan perasaan tak menentu juga, Putri menerima gasing bambu tersebut. Dia memandang sejenak benda itu kemudian mengalihkan pandangannya pada Sono.

Sorot matanya tajam bagai panah api melesat cepat menuju manik mata Sono. Putri merasakan getaran aneh yang selama ini belum pernah dia rasakan. Dia pun mengangguk dan tersenyum seolah-olah mengerti mengapa Sono melakukan semua ini.

"Sudah, Putri. Ayo kita pulang," ajak si ibu kepada Putri sambil menarik tangan Putri. 

"Terima kasih, Kak ...." Kata-kata Putri terhenti karena dia tidak ingin pergi dari cowok ganteng dihadapannya.

Putri merasakan suatu rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, seperti apa yang dirasakan Sono juga saat itu. Tapi belum puas rasanya Putri berada dalam suasana itu, ibunya keburu menarik tangannya untuk mengajak pulang. Putri dan ibunya segera melangkah pergi meninggalkan Sono dan Tono.

Lihat selengkapnya