Gasing Bambu

bomo wicaksono
Chapter #21

Bab 20. Ancaman Jarwo

"Ancaman ...?" Arya memandang Aris.

"Iya. Ancaman pada ibumu. Aku sempat beradu mulut dengan Jarwo setelah kejadian pembunuhan itu. Sebelum Jarwo meninggalkan padepokan."

***

"Jarwo! Apa yang telah kau lakukan? Beberapa orang telah menyerang Ciptomurti secara membabi buta dan membunuhnya. Benar-benar sadis! Inikah rencanamu dulu yang tidak boleh gagal?" tanya Aris memandang tajam pada Jarwo.

"Aku ...?" Jarwo balik bertanya, "tanya saja pada mereka! Mereka orang-orang yang punya dendam pada Padepokan Banyumeneng!" lanjut Jarwo.

"Tapi kau hasut mereka untuk melampiaskan dendammu juga? Siapa mereka, Wo? Para gali?"

"Kamu tidak perlu tahu siapa mereka! Yang ada dalam otakku saat itu adalah sakit hati telah terbalas dan dendam telah terbayar, meski itu tidak melalui tanganku sendiri! Aku tak ingin tanganku kotor oleh darah orang yang telah merebut kebahagianku!" jawab Jarwo sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Kamu salah paham, Wo. Justru kamu yang telah merusak kebahagiaan Ciptomurti bersama Sulastri. Mereka pasangan suami istri yang sah. Mengapa kamu tega membunuh Ciptomurti?"

"Aku membunuh Ciptomurti? Tidak ...! Sulastrilah yang telah membunuhnya! Kenapa dia dulu tidak memilih aku!"

"Cinta tidak bisa dipaksakan, Wo! Cinta berhak memilih. Demikian juga dengan Sulastri!"

"Sudahlah, Ris. Semua sudah terjadi. Mengapa kamu harus peduli?"

"Kamu harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu, Wo! Kamu telah menodai sifat luhur seorang pesilat dan mencoreng nama padepokan kita sendiri!"

"Tenang saja, Ris. Tidak ada yang tahu peristiwa berdarah itu. Kecuali cerita ini tersebar dari mulutmu! Dan aku sudah muak dengan semua nasihatmu. Persetan dengan sifat luhur pesilat, persetan dengan nama baik padepokan ini dan segala aturan-aturan yang ada! Aku mau pergi! Aku punya banyak teman gali di luar sana," kata Jarwo kemudian melangkah pergi meninggalkan Aris.

"Jarwo, tunggu! Aku benar-benar kecewa padamu. Dulu kamu datang baik-baik dan berjanji akan merubah sifat dan kelakuan burukmu. Tapi apa yang terjadi sekarang? Inikah balasan yang kamu berikan pada Guru Panji dan Padepokan Banyumeneng?" kata Aris. Jarwo menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badannya kembali dan menatap tajam pada Aris.

"Lantas, apa maumu. Aku seorang gali dan tetap akan menjadi gali!" kata Jarwo sambil tertawa mengejek kebodohan Aris yang dulu dengan mudah mempercayainya.

"Setelah ini, Sulastri pun akan menanggung akibat karena tidak mau menerimaku!" lanjut Jarwo.

"Apa maksudmu, Wo? Apa yang akan kamu lakukan pada Sulastri?" tanya Aris terkejut mendengar ancaman Jarwo.

"Jika aku tidak bisa memiliki Sulastri, maka tak ada seorang pun yang dapat memiliki jiwa dan tubuh Sulastri!" kata Jarwo dengan nada berat.

"Apa maksudmu?" tanya Aris meski dia sudah paham ke arah mana perkataan Jarwo.

"Suatu saat aku akan kembali dan Sulastri akan merasakan kehilangan kebahagiaan sepanjang hidupnya!" kata Jarwo.

Mereka saling bertatap mata. Masing-masing menahan emosinya. Aura mereka saling beradu mengukur kekuatan masing-masing.

"Sebelum itu terjadi, aku akan menghentikanmu!" lanjut Aris.

Lihat selengkapnya