Dewi Asmara telah terbangun dari tidur panjangnya dan mengingatkan rasa yang selama ini terlupakan dan terpendam di hati Andini.
Kak Arya, kita pernah mempunyai rasa yang sama dua tahun lalu. Meski setelah itu kita berpisah dan aku melupakan rasa itu. Tapi pada pertemuan pertama kita sepertinya rasa itu muncul kembali. Apakah kamu masih merasakan hal itu juga hingga terus mencariku? kata Andini dalam hati sambil tersenyum.
Rupanya kegembiraan Andini hingga dia senyum-senyum sendiri di ruang kelasnya tidak luput dari perhatian Aldi dan teman-teman lainnya.
"Din, kamu itu dari tadi senyum-senyum sendiri. Nggak konsen ke pelajaran!" tegur Dewi yang duduk di sampingnya.
"Iya, tuh anak. Apalagi tadi habis ketemu sama anak kelas dua pelatih silat itu, terus jadi begitu," kata Aldi menimpali.
"Ya ... suka-suka akulah," tukas Andini masih senyum-senyum terus.
"Kamu bertemu Kak Arya lagi, Din? Wah, dia itu memang jodohmu," kata Dewi.
"Ya ... mungkin saja, Wi. Jodoh itu sudah ada yang ngatur," jawab Andini.
"Kamu sepertinya mulai ada rasa sama pada Kak Arya, ya, Din?" Andini hanya tersenyum mendapat pertanyaan seperti itu.
"Iya, sepertinya sejak pertama kali bertemu."
"Terus bagaimana dengan Aldi? Dia juga sudah lama menaruh hati padamu," tanya Dewi berbisik sambil melirik ke arah Aldi.
"Iya, Wi. Dia sebenarnya baik dan mungkin ... bisa untuk alternatif pilihanku," kata Andini berbisik pula pada Dewi.
"Kamu itu, Din! Jangan usil mempermainkan perasaannya! Ntar bisa jadi permusuhan di antara mereka, lho!" kata Dewi mengingatkan.
Tak terasa waktu terus merayap hingga bel pelajaran sekolah berakhir.
***
"Din, kamu pulang naik apa?" tanya Dewi saat keluar dari kelas mereka.
"Naik bus kotalah, Wi."
"Tadi kamu berangkat bareng Aldi. Pulang nggak bareng lagi? Nanti dia gimana?"
"Nggaklah! Biar aja ...! Aku nggak ada hubungan apa-apa dan nggak mau ngasih harapan ke dia, Wi," jawab Andini melirik ke arah Dewi.
"Oo ...." Dewi tersenyum simpul. Ada sedikit kelegaan terpancar dari wajahnya.
"Memangnya kenapa, Wi?"
"Nggak apa-apa. Bareng aku, yuk?"
"Hmm ...? Biasanya kita kan juga bareng pulangnya naik bus kota," jawab Andini sedikit heran dengan ajakan Dewi.
"Aku naik motor, Din."