Arya memperhatikan benda itu. Gasing ...! Ya, sebuah gasing bambu menggelinding menjauhi Andini dan berhenti di antara dia dengan Arya. Semua mata tertuju pada benda itu dan bertanya-tanya mengapa Andini membawa gasing bambu dalam tasnya.
Gasing bambu! Benarkah apa yang aku lihat? Andini membawa gasing bambu? Apakah Andini adalah Putri, kata Arya dalam hati.
Arya menatap Andini seolah tak percaya. Sementara Andini hanya bisa meringis menahan sakit di lengannya.
"Lepaskan tanganmu, Al!" kata Arya dengan suara berat sambil menatap tajam pada Aldi.
Arya kembali turun dari sepedanya dan mengambil gasing bambu itu. Dia memutar-mutar dan mengamati setiap inchi permukaan lengkungnya. Tak lama kemudian dia menghentikannya karena pandangan matanya melihat sebuah tulisan di dekat lubang gasing. Tulisan itu telah sedikit memudar tapi masih terbaca oleh Arya. Andini Putri dan Sono. Arya kemudian mengalihkan pandangannya pada Andini. Sejenak mereka saling pandang dan terajut kembali kepingan-kepingan kisah dua tahun lalu.
"Putri," sapa Arya.
"Kamu adalah Kak Sono," kata Andini. Arya mengangguk.
"Akhirnya aku memenuhi janjiku. Aku bisa menemukanmu. Tetapi situasi saat ini menyulitkan aku. Dua tahun lamanya kita menempuh jalan kita sendiri-sendiri. Dan sepertinya sudah ada seseorang yang begitu kuat ingin bersamamu."
"Kak Arya, tidakkah kamu pahami selama dua tahun aku menyimpan gasing bambu ini untuk membuktikan bahwa aku masih tetap menunggumu."
Dewi asmara kembali melepaskan anak panahnya. Jantung hati Arya berdegup kencang. Tatapan mata Andini bagaikan bara api yang sanggup meleburkan keraguan hati Arya.
Tetapi mereka tidak menyadari bahwa masih ada hati yang terluka oleh pertemuan mereka. Aldi mengganggap Arya telah mengganggu hubungannya dengan Andini. Dengan penuh emosi Aldi menarik tubuh Andini hingga jatuh ke belakang dan mendekati Arya dengan melayangkan pukulan tangan kanannya.
"Tidak ada yang boleh merebut Andini dariku!" teriak Aldi.
Arya terkejut dengan kenekatan Aldi. Segera dia menangkis pukulan itu dengan tangan kiri sambil menarik kaki kanannya selangkah kebelakang. Sejurus kemudian Arya melancarkan serangan baliknya. Sebuah tendangan kaki kanannya lurus ke depan mengarah perut Aldi. Tetapi dengan cepat Aldi dapat menangkap kaki Arya dan memelintirnya dengan cepat. Tubuh Arya seperti terbanting, memutar dan melayang di udara. Ketiga temannya tidak menyangka kalau Aldi ternyata mengerti dengan baik jurus-jurus silat padahal sepengetahuan mereka Aldi jarang mengikuti latihan pencak silat di sekolah. Sedangkan Arya yang sudah matang ilmunya dapat menduga gerakan ini sehingga sambil memutar di udara dia melancarkan tendangan kaki kirinya. Aldi tidak mengira dengan gerakan Arya ini dan tak ayal lagi tendangan itu mengenai mukanya. Aldi sedikit terdorong ke samping oleh serangan balik Arya.
Hmm ... ternyata dia bukan omong kosong menjadi pelatih pencak silat di sekolah. Dia cukup tangguh dan benar-benar menguasai teknik-teknik pencak silat, kata Aldi dalam hati, tapi aku tidak akan mundur. Aku tidak ingin dipermalukan di hadapan Andini.
Aldi kembali maju menyerang Arya dengan pukulan dan tendangan silih berganti. Tapi kali ini Arya memilih bertahan dengan menangkis semua serangan Aldi tanpa membalasnya. Sepertinya dia bisa membaca pikiran Aldi. Arya tidak ingin mempermalukan Aldi di hadapan Andini.
"Cukup Aldi, kita hentikan perkelahian ini. Aku tidak mau ribut gara-gara cewek," kata Arya. Mereka kemudian menghentikan serangan masing-masing.
"Kalau begitu tinggalkan tempat ini. Jangan ganggu dia lagi. Andini adalah milikku!" kata Aldi.