Sore itu markas anak Geng Butterfly masih terlihat sepi. Ada seorang anak berambut cepak tanpa memakai baju sedang mengotak-atik sebuah sepeda motor. Sementara itu seorang laki-laki setengah abad dengan cacat kaki sebelah kiri memakai kruk sedang membersihkan halaman depan bengkel. Dan seorang anak lagi sedang tidur di ruangan belakang.
Tak lama kemudian datang sebuah sepeda motor dengan bunyi knalpot memekakkan telinga. Seorang cowok berperawakan sedang turun dari motor dan langsung masuk ke dalam markas. Wajahnya terlihat muram.
"Jack! Gimana, katanya kamu habis bertarung sama anak SMA, ya?" tanya anak berambut cepak ketika melihat Jack datang. Jack hanya mengangguk.
"Anak mana, Jack?" tanya anak itu lagi.
"Anak Delayota kayaknya, Ndrong!" Jack memanggil Gondrong pada anak itu karena dulunya anak itu memang benar-benar berambut gondrong tidak seperti sekarang.
"Delayota? Itu sekolah Aldi. Mungkin dia kenal sama anak itu. Masalah apa, Jack?" Gondrong menghentikan sejenak pekerjaannya. Dia beranjak mengambil gelas es tehnya yang sudah mencair. Diteguknya hingga tinggal seperempat gelas.
"Kenal banget sih enggak, Ndrong. Anak itu kakak kelasnya Aldi. Masalah dendam lama sebenarnya. Dan sudah lama aku mencari dia. Dua tahun lalu aku bertemu dan berkelahi dengannya," jawab Jack.
"Wah, sudah lama sekali, Jack."
"Iya, begitulah."
Selesai membersihkan halaman, laki-laki setengah abad itu masuk ke dalam bengkel dan ikut mendengarkan cerita Jack.
"Gimana nih, Pak Samin, jadi dijual rumah ini? Kami belum siap pindah markas. Enakan di sini, Pak," kata Jack. Gondrong hanya tersenyum mendengarnya.
"Belum, belum ada yang cocok harganya, Jack. Kalau masalah markas bisa pindah di mana saja. Kalian punya banyak teman. Bukan begitu, Ndrong?"
Gondrong mengangguk kemudian mengambil kotak rokok dari saku baju yang digantungnya di tembok. Satu batang dia berikan untuk Jack sedang Pak Samin tidak. Karena pemilik rumah itu sudah sejak lama berhenti merokok.
Sejenak suasana hening. Sementara Gondrong dan Jack asyik menikmati rokoknya. Aroma dan asap rokok itu pun segera memenuhi ruangan. Jack menghisap dalam-dalam dan dihembuskan asapnya membentuk bulatan-bulatan di udara.
"Bagaimana ceritanya kamu bertemu dan mengenali anak itu, Jack?" tanya Gondrong membuka percakapan kembali.
"Beberapa hari yang lalu anak itu ada di halte dekat SMA Delayota. Aku curiga dia anak yang selama ini kucari. Aku ikuti dia sampai di Tugu Pal Putih. Dia terus bersepeda ke utara." Jack mulai bercerita.
"Sebelum sampai di Selokan Mataram aku kejar dan kuhentikan dia. Lalu aku tarik kerah bajunya. Ternyata benar, dia anak itu. Dia memakai kalung berbandul lempengan hitam segilima seperti yang dia kenakan waktu itu. Aku hajar dia! Aku belum puas ... tapi keburu orang-orang berdatangan," lanjut Jack. Dengan besar kepala dia berbohong menceritakan kejadian itu.
Kalung berbandul lempengan hitam segilima? Apakah itu seperti kalung yang dipakai oleh Goprak juga? Jika benar anak itu bisa jadi ancaman bagi Goprak dan Genk Butterfly! Pak Samin memperhatikan Jack.
"Memangnya kamu bisa mengalahkan anak itu, Jack?" tanya Gondrong. Jack gugup mendapat pertanyaan itu dan cepat-cepat mengiyakannya. Gondrong cuma mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Terus tadi kamu berkelahi lagi ... tapi anak itu ternyata tangguh juga, ya, Jack. Malah kamu yang kewalahan ...." Sejenak Gondrong menghentikan ocehannya. Dihisapnya rokok di tangan kirinya dalam-dalam. Sementara tangan kanannya mengutak-atik onderdil sepeda motor.
"Kamu menghilangkan ruyung si Bos juga? Nggak kena marah kamu tadi dari sana, Jack?" lanjut Gondrong.