Jack, Koplo, dan Gondrong masih berada di markas. Semakin malam ada beberapa anak Genk Butterfly yang datang ke sana. Dan cerita tentang pertarungan Jack dengan anak Delayota sudah menyebar.
"Jack, kamu butuh bantuan untuk menyelesaikan anak Delayota itu?" tanya Slamet, salah seorang anak di sana.
"Iya, nih, Met. Tanganku sudah gatal, lama nggak mukul orang," kata Wowok, teman lainnya menanggapi pertanyaan Slamet.
"Jangan sekarang, si Bos sendiri yang akan menyelesaikan karena ruyungnya ada pada anak itu. Kita ikut melihat pertarungan mereka."
"Kapan itu, Jack?"
"Aku belum tahu. Bos minta secepatnya. Mungkin tiga hari lagi."
"Di mana?"
"Dekat stadion. Aku akan cegat lagi anak itu di sana saat dia pulang sekolah," jawab Jack.
"Mandala Krida? Yakin anak itu lewat sana lagi?"
"Iya yakin! Aku sudah janji ketemu lagi di sana," jawab Jack.
Sesaat kemudian terdengar suara sepeda motor berhenti di depan markas. Seorang anak berpenampilan rapi masuk ke dalam.
"Tumben, kamu Al, lama nggak ke sini," kata Gondrong.
"He he he ... lagi jadi anak rajin dia. Tapi jangan malam-malam pulangnya. Ntar dicari lagi sama bapakmu," ejek Slamet.
Aldi cuek saja kemudian duduk di samping Koplo. Dia mengambil remot televisi dan mengganti-ganti chanelnya.
"Al, bukannya kamu anak Delayota? Jack lagi ada masalah sama anak sana," kata Gondrong.
"Iya, sudah tahu. Biar Jack aja yang urus."
"Terus gimana, kamu mau bantu atau jadi penonton saja?" lanjut Gondrong.
Aldi hanya diam. Sesaat kemudian dia menoleh ke arah Jack.
"Aku sudah ada rencana, Jack. Bisa bantu aku?"
"Oke, setelah ini kita bicarakan." Jack kemudian berdiri. Dia kelihatan gelisah dan keluar ruangan sambil menyahut dua kaleng cat pilox.
"Ayo, Plo, kita keluar. Aku suntuk, nih. Kita buat keramaian di jalan."
"Keramaian? Kemana, Jack?" tanya Aldi ikut berdiri.
"Ke timur, Delayota." Mendengar nama Delayota disebut oleh Jack, spontan Aldi kembali duduk.
"Iya, kamu tidak usah ikut," kata Gondrong.
"Ayo, Wok, ikut. Siapa tahu Jack membutuhkan bantuan kita." Slamet mengambil satu kaleng cat pilox lagi.
Mereka berempat segera keluar dengan menggunakan dua sepeda motor. Suara knalpot mereka terdengar berisik sekali di sepanjang jalan dan menyita perhatian orang-orang yang masih berada di jalan. Malam itu Jack akan melaksanakan perintah Goprak untuk membuat sedikit keramaian di Kota Jogja.
Sesekali anak-anak genk itu berhenti pada tempat-tempat dengan tembok yang luas atau di depan ruko-ruko yang telah tutup. Mereka turun dan membuat tulisan-tulisan tentang genk mereka. Beberapa orang mengetahui kelakuan anak-anak genk itu. Tapi apa daya orang-orang itu takut untuk memperingatkan karena tidak ingin keselamatan mereka sendiri terancam.
Anak-anak Genk Butterfly kemudian bergerak semakin ke timur mendekati SMA Delayota. Mereka berhenti sejenak di halte dan kembali mencorat-coretnya dengan nama dan gambar genk mereka.
Sekolah anak itu sebelah sana, tak jauh dari halte ini, kata Jack dalam hati. Dia teringat kembali pada Arya dan dendam itu masih membara.
"Ayo, Plo, kita ke sana!" ajak Jack sambil menunjuk ke sebuah gapura sekolah.
"Nih, bawa pilox ini," kata Slamet sambil melempar kaleng cat piloxnya pada Koplo.