Di ruang kelas dua fisika empat terlihat Arya sedang mengerjakan soal-soal ulangan Biologi di jam pelajaran terakhir di kelasnya. Dengan menahan rasa nyeri di kedua tangan dan punggungnya, akhirnya dia dapat menyelesaikannya soal-soal ulangan tersebut.
Jam pelajaran terakhir di sekolah pun telah usai. Arya dan Anton keluar dari kelasnya masing-masing di lantai dua. Sejenak mereka bertemu dan memperhatikan suasana sekolahnya dari balkon lantai dua di depan kelas Arya.
Terlihat siswa-siswa berjalan beriringan dari kelas masing-masing keluar melewati gerbang dalam menuju gapura gerbang utama sekolah. Sebagian lagi menuju tempat parkir di halaman belakang. Dan ada beberapa siswa singgah di gazebo menanti temannya. Sejenak pandangan mata Arya tertuju pada seorang cewek bersama temannya yang keluar terakhir dari ruang kelas satu di pojok sekolah bersebelahan dengan tangga naik ke lantai dua.
"Andini," guman Arya.
Tiba-tiba Andini menoleh ke atas. Pandangan matanya tertuju pada Arya yang sejak tadi memperhatikannya. Andini tersenyum dan melambaikan tangannya. Arya pun membalasnya.
"Turun, yuk ...." ajak Arya pada Anton. Mereka kemudian menuruni tangga dan hendak menuju ke kantin sekolah.
"Kak Arya, Din?" tanya Dewi ikut memperhatikan ke atas balkon. Andini cuma mengangguk.
"O ya, kamu jadi ikut ekskul pencak silat, Din?"
"Jadi, donk!" jawab Andini dengan ceria.
"Kamu nggak jadi ngajak aku?" tanya Dewi penasaran.
"Nggak!" jawab Andini menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Ih, jahat kamu, Din! Mentang-mentang udah balik sama Kak Arya, terus aku dilupakan."
"Kan kamu udah ikut tonti," kata Andini.
"Iya, deh nggak apa-apa. O ya, Din. Nanti sore kamu ada acara sama Kak Arya?"
"Ee, belum tahu, Wi. Kenapa?"
"Biasa, Din, anak kutu buku," jawab Dewi tersipu.
"Hmm, kita ke Toko Buku Gunung Agung aja. Ntar pulangnya ke Malioboro sebentar, gimana?" usul Andini.
"Terus, Kak Arya?" tanya Dewi. Andini cuma tersenyum kemudian bergegas menghampiri Arya dan Anton yang barusan turun dari lantai dua.
"Ada apa, Din?" tanya Arya menghentikan langkahnya.
"Kak, nanti sore temenin aku ke Gunung Agung, ya?" pinta Andini. Arya menoleh ke arah Anton.
"Ee, Kak Anton ikut juga. Soalnya aku sama Dewi. Ntar pulangnya kita mau ke Malioboro," lanjut Andini.
"Ke Malioboro? Nah, ini yang ditunggu-tunggu. Aku mau cari kaos lagi," kata Anton tersenyum gembira.
"Ah, kamu itu, Ton. Kaos gambar wayang lagi? Sudah berapa banyak kaos wayang di rumahmu, Ton?" tanya Arya sambil tertawa disambut Andini. Sedangkan Anton cuma garuk-garuk kepala.
"Aku tunggu ya, Kak," kata Andini. Kemudian dengan langkah pelan dia berlalu meninggalkan mereka.
"Andini, aku belum tahu rumahmu. Wirobrajan sebelah mana?" tanya Arya menghentikan langkah Andini. Andini membalikkan badannya.
"Perempatan Wirobrajan ke utara. Ada gang pertama dengan gapura di sebelah barat jalan. Masuk, rumah keempat dengan pagar warna hijau, ada kolam ikan kecil," jelas Andini.
"Oke, nanti selepas Maghrib aku kesana," janji Arya.
Andini tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia membalikkan badannya kembali kemudian meninggalkan tempat itu. Sementara Arya dan Anton menuju kantin di belakang sekolah.
"Gimana, Din?" tanya Dewi.
"Mereka mau nemenin kita."
"Mereka? Kak Anton juga ikut?"
"Iya, buat nemenin kamu, Wi," jawab Andini tersenyum menggoda.
"Kamu bisa aja, Din. Yuk pulang," ajak Dewi sambil tersipu malu.
***
"Ar, tadi jadi ulangan Biologi?" tanya Anton ketika sampai di kantin.
"Jadi, Ton," jawab Arya.
"Hmm ... gimana? Bisa selesai semua?" tanya Anton lagi, "kasih bocorannya, Ar. Kelasku baru besok pagi ulangannya. Biar aku ada persiapan."
"Ah ... kamu itu, Ton," kata Arya sambil menepuk pundak Anton.