Gasing Bambu

bomo wicaksono
Chapter #43

Bab 42. Berakhir Tragis

Arya melihat Andini bersama Aldi dan Wowok, seorang anak Genk Butterfly yang tak dikenalnya.

"Andini! Apa yang telah terjadi padamu?" Arya segera berlari mendekat. Diikuti oleh Anton.

Tiba-tiba Aldi mengacungkan sebilah belati ke arah Arya hingga langkahnya terhenti beberapa meter di hadapannya.

"Jangan mendekat dulu kalau ingin Andini selamat!" perintahnya sambil mengarahkan belatinya ke leher Andini.

"Kak Arya," kata Andini dengan suara lirih sambil memandang lemah ke arah Arya. 

"Aldi! Apa yang telah kamu lakukan pada Andini?"

"Aku telah memenangkan permainan ini. Dan aku telah puas bersamanya semalam," jawab Aldi dengan senyum sinis penuh kemenangan. Diikuti olah Wowok.

"Kurang ajar! Lepaskan Andini! Kalian akan menerima balasan yang setimpal dariku!" perintah Arya sambil bersiap menyerang mereka berdua.

"Kak Arya, aku sudah tidak kuat lagi menanggung beban ini," kata Andini dengan suara bergetar, "darah ini harus dibalas dengan darah mereka!" lanjut Andini. Serta merta dia memegang tangan Aldi yang masih menggenggam belati.

"Maafkan aku, Kak Arya ...."

Dan dengan sisa tenaganya yang ada, Andini menusukkan belati itu ke lehernya sendiri. Darah segar segera memancar dan mengalir membasahi tubuh bagian depannya. Aldi dan Wowok terkejut dan tidak menyangka Andini akan berbuat senekat itu. Mereka melepaskan tubuh Andini dan membiarkan tubuh lemah itu roboh dan jatuh perlahan tertelungkup di atas tanah.

Darah segar kembali mengalir membasahi tanah di perkebunan tebu. Seperti kejadian lima belas tahun yang lalu. Saat itu Sulastri juga meregang nyawa dan menumpahkan darahnya setelah sepotong batang tebu pendek dan runcing dia hunjamkan sendiri pada ulu hatinya. Arya tidak pernah menyangka bahwa darah dari dua orang wanita yang begitu dicintainya harus tertumpah dan mengalir sia-sia di atas tanah perkebunan tebu tersebut.

Melihat Andini roboh ke tanah, serta merta Arya berteriak dan berlari menerjang mereka berdua. Arya menjadi gelap mata dan tidak bisa mengontrol emosinya. Dia menjadi terlena dan tidak siap menghadapi serangan balasan dari lawannya. Sebuah tendangan dan pukulan batang kayu mendarat telak di tubuhnya. Arya jatuh tersungkur di atas tanah.

"Kau pun akan mati sia-sia di sini!" teriak Aldi sambil berlari ke arah Arya yang masih tergeletak di atas tanah. Dan sebilah belati berlumuran darah Andini siap dihunjamkan ke tubuh Arya. Tetapi Anton segera berlari mengikutinya. Dia segera meloncat sambil mengarahkan tendangan ke arah Aldi.

Duaakk ...!

Begitu kuat tendangan Anton hingga menyebabkan tubuh Aldi terdorong ke samping kemudian terhuyung-huyung jatuh ke tanah.

"Dia tidak boleh mati dulu sebelum kalian tersungkur di tanah dan tidak bisa bangun lagi!" kata Anton.

Tak lama kemudian Arya pun bangun dan berdiri di samping Anton. Segera dia mengatur napasnya untuk mengurangi rasa sakit di tubuhnya.

"Kita jatuhkan mereka seperti Jack," kata Anton lagi setelah melihat Arya siap di atas kuda-kudanya.

Sementara itu Aldi segera bangkit lagi kemudian menyerang menggunakan senjata bersama Wowok. Arya dan Anton pun segera melepas ikat pinggang khususnya. Mereka bersiap menerima serangan dari Aldi dan Wowok. Kelebat senjata mereka beradu dengan kilatan pedang lentur. Arya dan Anton tak ingin membuang-buang waktu lagi.

Lihat selengkapnya