Gaudencio, nama itu memiliki arti dia yang bahagia. Seharusnya juga sang pemilik nama dapat merasakannya, sayangnya hal itu tidak berlaku untuk Gaudencio Garendra.
Gaudencio Garendra, seorang putra bungsu dari konglomerat terkaya dan nomor satu di negara Mediaterin, dia memiliki dua kakak kandung yang usianya terpaut 1-2 tahun dengannya dan seorang kakak perempuan yang usianya sama sedang Kakak pertamanya.
Gaudencio tidak terlalu diperhatikan oleh keluarganya, bahkan mereka lebih memperhatikan kakak perempuan angkat yang tidak sengaja di pungut oleh ayahnya, Tuan besar Theo di jalan saat pulang dari kantor.
Intinya,Gaudencio terabaikan sepanjang sejarah hidupnya selama 22 tahun, alasannya hanya alasan sepele. Keluarganya ingin memiliki anak perempuan, tetapi sayang yang lahir 22 tahun lalu adalah seorang anak laki-laki lagi.
Memang itu bukan salah Gaudencio, itu adalah salah Gen keluarga Garendra yang memang lebih mendominasi menghasilkan anak laki-laki. sayangnya, ayahnya buta sehingga dia ngotot mau punya anak cewek.
Itu semua karena, Teman-temannya di kelas Atas selalu saja membanggakan anak cewek mereka yang imut, gemesin seperti boneka Anabelle.
Dia kan jadi Iri, pengen ngerasain gimana rasanya punya anak cewek yang katanya imut dan selalu bisa menghilangkan rasa lelah setelah pulang kerja dengan tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.
Tapi yang dia punya di rumah hanya anak laki-laki nakal yang selalu membuatnya pusing setiap pulang kerja karena meminta ingin membeli mainan atau apa lah yang menarik hati mereka.
Kemudian, nyonya rumah hamil lagi, pada bulan ke lima dokter mengatakan bahwa jenis kelamin bayinya adalah perempuan. Tuan besar senang dong, dia dengan telaten secara istimewa merawat dan memperhatikan Nyonya rumah Karina Garendra.
Eh, pas waktunya melahirkan dokter berkata: “Selamat anak laki-laki anda lahir dengan selamat dan sehat, dia tampan dan mirip ibunya."
Seketika Theo yang sudah senang sebentar lagi punya anak cewek, jadi down dong. belum lagi dokter bilang kalau Karina, istri kesayangannya itu sudah tidak bisa hamil lagi. Theo jadi marah dong, dia melampiaskan semua kebenciannya pada Gaudencio.
Anak yang tidak tahu apa-apa tentang masalah batin ayahnya.
“Berikan dia baby sister, tidak perlu menghabiskan waktu mu untuknya..." Theo berkata seperti itu pada Karina yang saat itu sedang menyusui Gaudencio.
“Apa sih mas! Gak jelas banget...”
Karin menolak dong, marah dia sama sang suami. menurutnya itu sudah terlalu egois, hanya karena dia mau punya anak cewek, tapi yang lahir bedah sama ekspektasi dia.
Itu kan juga salahnya sendiri, kenapa pas nyemprot yang dia keluarin terlalu banyak gen laki, terus nih yah kata nenek zaman dulu, kalau istri hamil jangan terlalu berharap anaknya cewek atau cowok.
Tapi Theo tidak percaya itu, dia terlalu berharap anaknya beneran cewek sesuai kata dokter alhasil dia jadi kecewa, yang lahir justru cowok. Lagi pula, bagi Karina gak ada bedanya cewek atau cowok, keduanya sama-sama imut, menggemaskan.
Apa lagi anak bungsunya.
Dua anaknya sebelumnya, wajahnya itu ikut bapaknya, tampan dan keren. Cuma sih bungsu yang ikut mamanya, wajah putih kecilnya manis dan Imut, pipinya tembem dan dia punya mata anak anjing yang cantik.