Aroma masakan tercium harum di meja makan dengan lauk pauk yang sederhana, namun menggunggah selera.
Terakhir, Khalisa menuangkan air putih ke beberapa cangkir di sana. Dalam hati, ia lega. Karena setengah jam bergelut dengan semua isi bahan-bahan yang ada di dalam kulkas telah di sulapnya menjadi hidangan yang lezat. Berharap, suami dan mertuanya akan menikmati masakannya malam ini.
"Mas...?!" Kata Khalisa memanggil.
"Ya, sayang?" Jawab Hasbi muncul dari lantai atas mendekati meja makan, matanya memandang hidangan yang lezat di atas meja.
Di saat yang sama, Renata muncul dengan rambut setengah memutih yang di gelungnya dengan tatapan yang sama. "Kamu, pintar masak juga ternyata."
Khalisa tersenyum dan merasa tersanjung atas pujian Renata. Ketiganya terduduk dan mulai menikmati santapan makan malam mereka.
"Besok aku gajihan." Ucap Hasbi melahap sesendok nasi dengan udang bumbu saus tiram dengan lahap.
"Syukurlah, Mas." Jawab Khalisa. "Uang gaji kamu aku pakai untuk kebutuhan kita sehari-hari, sisanya buat tabungan masa depan kita. Sewaktu-waktu... kita mau punya rumah, uangnya sudah siap terkumpul." Jelasnya. "Dan satu hal yang paling penting..." Khalisa menatap Renata yang duduk di hadapannya. "Kita juga jangan lupa buat nabung untuk ibu kamu. Karena bagaimanapun, kamu harus berterima kasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang Ibu kamu."
Hasbi mengangguk setuju sembari mengusap helai rambut istrinya. "Kamu itu istri yang solehah, aku gak nyesel pilih kamu."