"Bagaimana? Apa mereka, sudah ada di dalam?" Tanya Hasbi usai ia tiba di kantor.
"Beliau ingin bertemu dengan kita di luar, Pak." Jawab asistennya, seorang pria dengan blazer coklatnya itu seketika berhenti saat langkah Hasbi terpaku sejenak.
"Bertemu di luar? Dimana?"
"Resto yang tak begitu jauh dari kantor. Kebetulan, saya tahu alamat restonya."
"Ya sudah. Kita berangkat sekarang kesana."
"Siap, Pak."
Hasbi duluan masuk ke dalam mobilnya sambil memberikan kunci mobil pada asistennya tuk mengendarai mobilnya. Sementara, asistennya Tio segera menurut dan mereka mulai menuju ke arah resto yang di tuju.
Tak memakan waktu dua puluh menit, mereka akhirnya tiba di sebuah resto yang terlihat elegan dan mewah. Mereka di sambut oleh pramusaji ramah dan di antarkan ke sebuah meja yang telah di pesan sebelumnya.
Mata Hasbi kemudian terpaku menatap seorang wanita yang tak begitu asing baginya. Wanita itu memiliki wajah yang cantik dan rambut panjang yang tergerai di atas bahu. Wanita itu ternyata telah memperhatikan kedatangannya saat di pintu masuk tadi.
"Mas Hasbi?" Sapa Sherly dengan senyuman.
Hasbi hanya mengangguk dengan senyuman. "Kamu..."
"Saya, asisten Pak Darwin." Sela Sherly sambil memperkenalkan seorang pria berusia empat puluh tahunan itu berkenalan dengan mereka untuk yang kali pertama.
Dengan alunan musik yang lembut dan suasana yang elegan, juga kudapan di atas meja, mereka mulai memperbincangkan mengenai proyek kerjasama yang terjalin di antara mereka.
Sherly tidak henti sembunyi melirik Hasbi yang penuh jiwa kepemimpinan dan cara bicara yang tulus dan bijaksana. Ia merasa terkesan dengan kepribadian Hasbi dan tidak bisa tidak merasa sedikit tergila-gila dengan lelaki yang menurutnya tampan dan penuh wibawa.
Hingga, setengah jam berlalu, mereka telah selesai membahas tentang kerjasama tersebut yang di akhiri oleh penandatanganan saling setuju dan berdiri mengucapkan selamat tinggal kepada semuanya.