Sebuah ketukan pintu memancing orang rumah teegerak. Dengan penuh hati-hati, Khalisa berjalan dari arah dapur menuju ruang tamu tuk membuka pintu setelah Renata menyuruhnya.
Khalisa menurut. Ia membuka pintu dengan lebar. Segurat wajahnya sumringah dengan senyum yang terpancar ria menyapa.
Begitu juga dengan tamu yang hadir. Sherly. Tetapi, pandangannya kepada Khalisa sedikit berbeda. Ia mengamati temannya itu lebih dalam dari atas kepala hingga ujung kaki. Khalisa yang keseharian yang Ia lihat dengan balutan kemeja serta skirt yang rapi, kini ia hanya mengenakan sebuah baju terusan bermotif bunga yang penuh. Rambutnya yang biasanya tergerai rapi, kini nampak kusut dan sedikit tidak terawat. Terlebih, wajahnya yang biasa bersinar dengan pulasan make-up flawless yang sempurna, kini nampak biasa bahkan terlihat polos. Bagus. Batin Sherly tersenyum puas dalam diri.
"Sherly?!" Khalisa mengejutkan.
"Hai, Khalisa!" Sherly menyapa sambil memberikan sekantung makanan yang berisi kue dan buah yang segera diberikan kepada Khalisa. "Ini untuk kamu. Kebetulan ini hari libur, aku kesini.... karena aku kangen sama kamu!"
Khalisa mengangguk. "Aku juga kangen banget lho, sama kamu. Udah berapa lama kita gak ketemu, Sher!"
Sherly mengangguk. Tapi aku lebih kangen sama suami kamu, Khal... Sehari gak ketemu, rasanya khawatir banget. Apalagi pas di mobil kemarin-kemarin. Bikin aku candu.
"Yuk, masuk!"
Sherly mengangguk dan mulai mengikuti gerak Khalisa di belakang. Mereka menerobos masuk ke ruang tamu dan mata Sherly tak henti menyapu ke seluruh ruangan yang nampak dengan pandangan yang menjelajah penasaran.
"Duduk, Sher!" Kata Khalisa. "Aku buatin minum dulu, ya!"
" O-Oh. I-Iya, iya. Thank you, Khal."
Khalisa mengangguk dan berlalu pergi. Memancing, Sherly mulai bergerak menuju sofa berwarna gold itu dan duduk di atasnya. Empuk dan nyaman. Batin Sherly.
Di saat yang sama, seorang wanita berparas awet muda muncul dari lorong yang mungkin menghubungkannya ke ruangan yang lebih intens lagi. Pikir Sherly kembali beranjak saat mata mereka saling bertemu.
Sementara, Renata sedikit terkejut dengan kehadiran tamu yang datang ke rumahnya. Wanita cantik dengan balutan pakaian yang rapi dan menarik. "Maaf, anda siapa?"
Ini pasti Ibunya Mas Hasbi. Kata Sherly pada dirinya sendiri. "Halo, Tante." Sapanya dengan sangat ramah dan senyum yang mengembang. Uluran tangan yang lembut tak di sangka, di sambut baik oleh wanita yang perlahan sudah ada di hadapannya. "Tante, kenalin. Aku Sherly. Aku temannya Khalisa."
Renata membulatkan bibir merahnya membentuk vokal O sempurna.
"Saya juga..."
Renata mengernyitkan sebelah alisnya.
"Saya juga rekan kerjanya Pak Hasbi, Tante."
"Oh, ya?"
Sherly mengangguk. "Saya udah ijin sama Pak Hasbi untuk datang kemari dan minta untuk tidak memberitahu Khalisa sebelumnya. Karena, Saya ingin memberikan surprise!"
Renata mendesis pahit sambil melibatkan kedua lengannya di bawah dada. "Memberikan surprise pada Khalisa, maksudnya?"
"Betul, Tante. Khalisa itu teman dekat saya. Semenjak Khalisa resign dari kantor, saya jadi merasa sepi gak ada teman ngobrol, Tante. Kangen, deh!"
"Kamu temenan deket sama Khalisa?" Renata mengulangi pertanyaan dengan nada yang sedikit penasaran. "Kok bisa?!"
"Iya, Tante. Kami berteman sejak kami masih bekerja di kantor yang sama. Kami sering ngobrol dan berbagai cerita."
Renata mengangguk dan meminta Sherly kembali duduk. Mereka terdiam saling berhadapan dengan pandangan yang saling menatap. "Kamu itu cantik, ya."