"Khalisa hamil, ternyata." Kata Sherly, memecah keheningan di antara mereka.
Hasbi hanya mengangguk sembari membanting setirnya membelok ke kanan.
"Oh ya, Mas..." Sambung Sherly membuat Hasbi menoleh memandangnya. "Kemarin kita sempat ngobrol kalau kita punya selera makan yang sama. Kebetulan, ada launching resto baru dekat sini lho. Bukanya jam lima sore. Kebetulan, sepulang kita kerja. Mau gak kesana?"
Hasbi terkesiap. Ia tak menyangka bahwa Sherly begitu berani mengajaknya ke tempat yang mungkin cukup privasi secara langsung. "Aku..."
"Tidak apa-apa, Mas. Aku tidak akan memakan waktu kamu terlalu lama, kok. Cuma sebentar saja untuk mencoba makanan di resto baru itu. Aku janji aku gak akan ganggu kamu."
Hasbi merasa sedikit terjebak dengan ajakan Sherly. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi, ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan dengan cepat. Ia tidak ingin menolak Sherly secara langsung, tapi ia juga tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak tepat. "A-Aku... Aku akan mempertimbangkannya, dan aku harus..."
"Ijin kepada Khalisa?" Tukas Sherly menebak. "Khalisa pasti ijinin, kok. Sekarang aja kan kamu yang di suruh buat anter aku pulang."
Hasbi semakin terpojok oleh kalimat Sherly. Ia memandang wanita itu dengan sedikit tak nyaman, tapi Sherly hanya tersenyum manis dan memandangnya dengan mata yang membulat dan berkilau.
Hasbi kemudian berpaling menatap jalanan. "Nanti aku kabari."
"Aku tunggu kamu di resto ya, Mas."
Hasbi hanya mengangguk, ragu. Tak ada yang bisa ia ungkapkan. Hingga perjalanan mereka akhirnya tiba di tujuan.
Mobil Hasbi berhenti di depan rumah Sherly. Sherly tersenyum dan memandang Hasbi lagi. Bahkan mengunci wajah lelaki itu. "Makasih ya, Mas." Kata Sherly lembut.
Hasbi mengangguk dengan senyuman.
"Oh, ya. Mau mampir dulu?"
"Ah. Ti-Tidak usah. Ini sudah malam."
Sherly tersenyum dan menggeleng. "Sebentar kok, Mas."
Kenapa Sherly begitu berani. Batin Hasbi.